Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) dan komunitas pemerhati sejarah memperkenalkan ensiklopedia kearifan Lokal di Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Ide awal tercetusnya ensiklopedia ini didasari karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui potensi-potensi kearifan lokal yang ada di Surabaya," kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Surabaya Musdiq Ali Suhudi saat menerima 10 Naskah Entri Ensiklopedia Kearifan Lokal Surabaya dari FIB Unair di Siola Convention Hall Surabaya, Selasa.
Musdiq menjelaskan, pada awalnya, pihaknya punya ide menyusun kearifan lokal berbasis di kecamatan, supaya ada yang melindungi mulai dari masyarakat sampai aparat, camat dan sebagainya.
"Kemudian kami bertemu Unair, dan akhirnya kita buat ensiklopedia," kata Musdiq.
Dalam tempo sekitar 1,5 bulan, Musdiq mengaku, pihaknya bersama FIB Unair menggandeng komunitas hingga pemerhati sejarah dapat merampungkan penyusunan naskah ensiklopedia tersebut.
Bahkan, lanjut dia, dalam menyelesaikan naskah itu, Dispusip juga melibatkan tutor dari sejumlah bidang keahlian. "Dalam tempo cepat kami kerahkan seluruh petugas dari perpustakaan, Unair dan komunitas sejarah untuk merampungkan ini. Ada satu lokakarya, penyusunan konten dan ada beberapa tutor dari beberapa keahlian," ujarnya.
Menurut dia, 10 entri ensiklopedia ini menjadi pengungkit untuk bisa menyusun kearifan lokal Surabaya yang lebih luas lagi. Misalnya dari sisi seni, saat ini naskah ensiklopedia masih diisi Seniman Gombloh, sementara di Surabaya sendiri masih banyak seniman-seniman yang lain.
"Kemudian ritus misalnya, selain Sedekah Bumi kan masih banyak lagi. Lalu, olahraga tradisional juga masih banyak. Jadi, kami membuat wadah dulu bagaimana nanti ini bisa kita lengkapi," katanya.
Musdiq menyebut, nantinya yang melengkapi naskah ensiklopedia ini tak hanya dapat dilakukan oleh pemkot atau FIB Unair. Tapi, seluruh masyarakat, komunitas atau pemerhati sejarah juga dapat berkontribusi melengkapi ensiklopedia tersebut.
"Kami buatkan website (laman) nanti, dan web itu bersifat terbuka. Jadi siapapun bisa menyumbang (berkontribusi), hanya nanti memang kami verifikasi. Dengan begitu konten yang ada di dalamnya itu bisa segera bertambah terus,"
Ia meyakini, bahwa masih banyak pemilik informasi dari berbagai kalangan terkait kebudayaan-kebudayaan kearifan lokal di Surabaya. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berharap, melalui wadah situs web tersebut, nantinya mereka dapat berkontribusi dalam pengembangan ensiklopedia kearifan lokal Surabaya.
"Kalau orang ingin melihat cikal bakal Surabaya, kebudayaannya seperti apa, tinggal mengunjungi ini laman yang ada. Jadi selain narasi, juga dilengkapi foto-foto video dan sebagainya," ujarnya.
Ia berharap, ke depan Kota Surabaya memiliki semacam potret masa lalu dan masa kini yang nantinya bisa digunakan untuk perkembangan di masa yang akan datang. Terlebih pula, kata dia, naskah ensiklopedia ini disusun agar generasi yang akan datang dapat lebih mengenal dan mencintai budaya atau kearifan lokal Surabaya.
"Kami ini punya kekayaan banyak, termasuk ritus-ritus, bangunan bersejarah. Nah, kalau tidak kami kumpulkan informasinya, maka ini bisa hilang nanti. Maka ini adalah sumber informasi kepada masyarakat bahwa kita punya kekayaan luar biasa, jadi mari bersama-sama kita jaga," katanya.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair Prof Purnawan Basundoro menyampaikan, sebenarnya 10 entri ensiklopedia kearifan lokal Surabaya tersebut menjadi sebuah langkah awal. Sebab, masih banyak entri-entri lain yang belum tertulis utuh dan dialihmediakan yang tersebar di tengah masyarakat.
"Oleh karena itu kami sepakat bahwa ini merupakan kerja bersama untuk Kota Surabaya. Jika ini terwujud, sebuah ensiklopedia yang besar akan jadi pertama untuk tataran sebuah kota," kata Prof Purnawan Basundoro.
Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Sejarah tersebut juga menilai, bahwa inisiatif menyusun ensiklopedia ini merupakan sebuah ide yang luar biasa. Apalagi, dalam proses penyusunannya, tak hanya dilakukan Dispusip bersama FIB Unair, tetapi juga melibatkan berbagai komunitas dan elemen masyarakat.
"Ensiklopedia ini jangan hanya terbatas dicetak, tapi kami mendorong pemkot untuk menyediakan satu jendela di web sehingga nanti entri-entri lain bisa dimasukkan di sana. Sehingga masyarakat luas juga bisa melihatnya," katanya. (*)