Blitar (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memastikan pihaknya segera koordinasi dengan Kementerian Pertanian membahas soal keberlangsungan peternak ayam skala kecil menyusul banyaknya peternak besar yang kini banyak menguasai pasar.
"Itu perlu kami dalami. Akan saya diskusikan dengan Menteri Pertanian, bagaimana menjaga keberlangsungan usaha, peternak rakyat kecil, dengan di sampingnya ada pengusaha besar. Ini harus diatur," katanya setelah dialog dengan peternak ayam petelur Blitar di Balai Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis.
Moeldoko dialog dengan sejumlah peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar. Dalam dialog itu, para peternak juga sempat mengadukan beragam persoalan seperti banyaknya perusahaan besar dengan modal besar ikut budi daya ayam di dekat pemilik usaha kecil, lalu juga soal harga pakan yang mahal.
Pihaknya mengungkapkan sebenarnya sudah ada aturan yang dibuat oleh Kementerian Pertanian Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Di aturan itu, juga dijelaskan soal pembatasan 2 persen (paling tinggi 2 persen Produksi DOC FS dari pelaku usaha integrasi dan pembibit FS dialokasikan untuk kepentingan sendiri dan/atau peternak mitra) sehingga sudah memitigasi, namun nyatanya di luar itu integrator (perusahaan peternakan unggas besar) ada usaha besar.
"Ini harus didiskusikan, dipikirkan dengan baik, seperti anak muda yang punya keinginan membangun usaha di bidang ini, jika ada tidak kepedulian yang tinggi bisa mereka akan kolaps. Mungkin saja dalam bentuk peraturan menteri, kita lihat saja seperti apa," kata dia.
Terkait dengan harga telur ayam yang sempat turun, Moeldoko mengatakan pada Juni-Juli, saat COVID-19 sangat tinggi di Indonesia, ada kebijakan PPKM darurat. Hal ini memengaruhi para peternak. Demand atau permintaan turun sedangkan supply atau pasokan jalan terus.
"Saat COVID-19 sangat tinggi, waktu itu muncul PPKM darurat ini memengaruhi mereka. Demand terganggu, supply jalan sehingga tidak ada keseimbangan akhirnya harga jadi rusak. Sekarang, kondisi level sudah bagus, 1,2 harga telur menanjak lagi, Rp22 ribu per kilogram. Jadi, ini dipicu faktor pandemi," kata dia.
Sementara itu, Suroto, salah seorang peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar mengaku saat ini harga pakan ayam baik konsentrat dan jagung memang tinggi. Untuk harga konsentrat satu karung kini seharga lebih dari Rp400 ribu, sedangkan untuk jagung kini harganya Rp5.800 per kilogram.
Ia mengatakan pakan berupa konsentrat dan jagung cukup vital untuk peternak. Jika diganti dengan pakan lain misalnya limbah, produksi telur ayam akan terganggu.
"Kalau HPP telur, karena pakan mahal harusnya Rp22 ribu hingga Rp23 ribu per kilogram. Kalau Permendag Rp19 ribu per kilogram, padahal saat itu dibuat harga jagung masih Rp4.500 per kilogram. Pakan konsentrat dan jagung itu mahal," kata dia.
Ia berharap ada solusi yang terbaik dari pemerintah untuk para peternak ayam terutama di Kabupaten Blitar. Peternak bisa mendapatkan jagung dengan mudah dan harga yang terjangkau, sehingga produksi pun juga bisa optimal.
Sebelum dialog dengan peternak, Moeldoko juga sempat meninjau kandang para peternak. Para peternak menunjukkan kondisi kandang yang kini hampir kosong, serta ayam dewasa yang dibiarkan begitu saja guna meminimalisir pakan. (*)