Surabaya (ANTARA) - Universitas Airlangga Surabaya menambah tiga guru besar atau profesor baru melalui pengukuhan secara bersamaan pada sidang terbuka yang digelar secara luring di kampus setempat, Rabu.
Tiga guru besar tersebut adalah Profesor Nurul Barizah, S.H., LL.M., Ph.D., dalam bidang Ilmu Hukum Internasional; Profesor Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt., dalam bidang Ilmu Farmasetika; dan Profesor Dr. Yudi Her Oktaviono, dr. Sp.JP(K) FIHA., dalam bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler.
Rektor Unair Prof. Mohammad Nasih mengatakan adanya tambahan tiga guru besar akan menambah energi bagi Universitas Airlangga untuk bisa terus berbakti, mengabdi dan memberikan kemanfaatan bagi umat manusia, baik secara lokal, nasional maupun global.
"Dengan adanya gagasan atau ide yang disampaikan oleh tiga guru besar ini, kita semakin optimistis tentang masa depan Universitas Airlangga, Indonesia dan masa depan peradaban dunia yang saat ini kita alami bersama," katanya.
Menurutnya, di balik gagasan yang disampaikan para guru besar, ada hal yang harus dipahami bahwa saat ini dunia tidak sedang baik-baik saja.
Ketika dunia menganjurkan untuk demokratisasi bahkan liberalisasi serta kebebasan untuk menyampaikan hak dan pendapat, di balik itu ternyata ada banyak aturan yang mengekang. Ada banyak hal yang menyebabkan perilaku kita menjadi sangat terbatas.
"Ada banyak aturan yang dibuat sendiri malah justru membuat kita terjerat dan membatasi kebebasan kita untuk menjadi lebih mulia dan sejahtera. Sementara yang seringkali didengungkan pada kita adalah manisan-manisan atau permen yang dipandang sebagai hal yang sangat baik dan harus kita telan bersama," kata Prof. Nasih.
Pada proses pengukuhan guru besar itu, ketiganya profesor memberikan orasi ilmiah soal kemajuan keilmuan masing-masing bidang.
Profesor Nurul menyampaikan orasi bertajuk "Fleksibilitas Perjanjian Trips dan Model Inovasi Terbuka sebagai Solusi Global yang Adil untuk Akses Obat-Obatan dan Vaksin Menghadapi Pandemi COVID-19".
Sedangkan Profesor Retno memaparkan orasinya tentang "Potensi dan Aplikasi Kitosan sebagai Biomaterial di Bidang Teknologi Farmasi dan Biomedis".
Sementara Profesor Yudi menyampaikan orasinya yang bertajuk "Sel Punca Pembuluh Darah: Harapan Baru Terapi Regeneratif Penyakit Jantung Koroner".
Dengan adanya gagasan tersebut, Prof. Nasih mendorong para guru besar untuk bisa tampil menyuarakan dan mengkampanyekan ide berupa riset sebanyak-banyaknya dan mendiseminasi hasil riset ke seluruh penjuru dunia agar kesetaraan dan kebebasan yang sebenarnya bisa terwujud secara nyata.
Diharapkan para ilmuwan tersebut dapat terus menerus mengkampanyekan inovasi yang dimiliki dan diproduksi oleh ilmuwan Unair sendiri.
"Kami sangat berharap guru besar baru kita akan segera mengajak kita keluar dari satu zona nyaman ke zona nyaman berikutnya. Intinya kita tidak berada pada satu zona nyaman dengan waktu yang sangat lama. Dibutuhkan adanya inovasi dan riset yang terus berkelanjutan," tuturnya. (*)
Unair tambah tiga guru besar baru
Rabu, 27 Oktober 2021 16:52 WIB