Jakarta (ANTARA) - Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) akan mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di sektor olahan porang dengan meningkatkan daya saing melalui pendampingan.
“Langkah strategis yang kami jalankan, antara lain program pendampingan IKM, peningkatan teknologi dan kapasitas produksi, pengembangan produk turunan porang melalui pengembangan inovasi IKM, serta promosi melalui pameran, marketplace, dan link and match,” kata Plt Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Reni menjelaskan porang merupakan komoditas ekspor yang saat ini sangat potensial dikembangkan. Umbi porang mengandung glukomanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri.
“Dalam industri makanan, olahan porang dan ekstrak glukomanan selanjutnya digunakan dalam pembuatan mi shirataki, beras konyaku, pasta porang, dan pengental,” sebutnya.
Pada industri kosmetik, olahan porang digunakan dalam pembuatan pembersih wajah, masker wajah, serta bahan pengisi dan pengikat tablet.
“Olahan porang juga dapat digunakan dalam industri kimia untuk bahan pelapis (coating), perekat, dan pembuatan kertas,” imbuh Reni.
Reni mengemukakan porang Indonesia tidak mengandung senyawa trimetilamin (TMA), sehingga tepung porang yang dihasilkan tidak berbau amis. Hal ini yang membuat porang Indonesia sangat diminati oleh pasar luar negeri.
“Permintaan global terhadap produk turunan umbi porang sangat tinggi dengan pertumbuhan ekspor tahun 2020 mencapai sebesar 23,35 persen. Adapun tiga besar negara tujuan ekspor porang, yaitu China, Thailand, dan Malaysia,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Kemenperin siap bekerja keras melakukan pembinaan dalam rangka mempercepat pengembangan IKM chip porang dan tepung porang, di antaranya melalui pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan dan revitalisasi sentra IKM.
Selain itu, pengembangan sentra IKM melalui klaster komoditas ekspor dengan basis pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan, serta sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP).
“Kami juga punya program Indonesia Food Innovation (IFI) untuk mendorong pengembangan produk turunan porang, program link and match dan peningkatan pasar dalam negeri maupun ekspor melalui pendampingan digital marketing melalui platform marketplace, serta fasilitasi membership pada marketplace global dan pameran,” tandasnya.
Reni berkomitmen untuk menumbuhkan sentra penghasil porang dan para pelaku IKM olahan porang untuk memanfaatkan program-program tersebut.
Tujuannya, untuk dapat meningkatkan kualitas dan pemasaran produk IKM olahan porang sehingga bisa masuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan global. (*)