Surabaya (ANTARA) - Bantuan irigasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) diklaim meningkatkan panen jagung di Jatim, seperti diungkapkan Nurul Hidayati, (50) petani jagung di Desa Singogalih, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo.
Ia mencatat, hasil panen tahun ini mencapai sekitar 11 ton, di lahan seluas 1 hektare, jumlah itu meningkat dari tahun 2020 lalu sebelum adanya irigasi yang hanya sekitar 9 ton.
Untuk harga jagung, berada dalam kisaran normal antara Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram (kg).
Nurul mengapresiasi bantuan irigasi dari pemerintah dalam hal ini Kementan, karena cukup membantu petani.
"Pengairan di lahan jadi bagus, berdampak pada hasil panen," kata Nurul, kepada media melalui sambungan seluler, Jumat.
Selain melimpah, Nurul mengaku harga jual jagung di kalangan petani masih normal kisaran Rp4.000 hingga Rp5.000 per Kilogram (Kg), lebih rendah dibandingkan bulan lalu, Rp3.000 per Kg.
"Alhamdulillah sekarang harganya masih normal kisaran Rp 5.000 per kg," katanya.
Menurut Nurul, saat ini di desanya masih banyak petani jagung yang menanam. Adapun luas areal penanaman jagung di desa itu sekira 100 hektare. Di lahan itu juga ditanam komoditas lainnya, seperti cabai, tomat, dan sayur.
Ia berharap pemerintah terus mendukung para petani jagung di daerah dengan berbagai bantuan yang ada. Baik pupuk bersubsidi, alsintan, irigasi, dan lainnya.
"Harapan kita bantuan dari pusat bisa menyentuh petani di daerah secara merata, ini penting agar hasil panen bisa lebih produktif lagi," ujarnya.
Sementara petani jagung di Kabupaten lain, Gayuh Satria yang berasal dari Desa Kunti, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo, mengatakan panen jagung tahun 2021 ini mencapai sekitar 5 ton, hampir sama dari tahun 2020 lalu, dan ditanam di lahan seluas setengah hektare.
"Kalau dari sisi hasil panen, sepertinya hasilnya hampir sama dari tahun lalu. Tetapi tahun ini lebih enak, karena kondisi cuaca mendukung. Kemudian harga jagung sekarang normal kisaran Rp5.000 per kg," kata Gayuh.
Kondisi cuaca yang bagus, lanjut Gayuh, menjadi faktor utama, disertai dengan adanya perbaikan saluran irigasi (pengairan) program dari pemerintah. Sebab, kata Gayuh, para petani sebelumnya mengandalkan air hujan bahkan membeli air dari sumur warga setempat.
"Dengan adanya irigasi ini sangat membantu petani, untuk mengaliri air ke lahan petani. Karena sebelumnya itu petani bergantung air hujan, bahkan membeli air. Ini tentu menambah biaya produksi, hingga kosnya mahal. Kami harap pemerintah terus menggencarkan bantuan kepada petani, baik itu irigasi, alsintan, dan program lainnya yang pro wong cilik," katanya.(*)