Tulungagung (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menaksir nilai kerugian dari kerusakan rumah dan fasilitas umum di daerah itu akibat bencana gempa pada akhir pekan lalu mencapai Rp700 juta lebih.
"Kerugian ini ada yang menjadi ranah tanggung jawab BPBD, namun ada juga yang menjadi ranah pertanggungan dinas yang menaunginya," kata Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung Suroto di Tulungagung, Selasa.
Untuk penanganan rumah rusak dan tempat ibadah yang terdampak, BPBD telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp187 juta. Dana itu dialokasikan untuk pengadaan genteng dan asbes.
"Kami hanya membantu pada masyarakat saja dan mushala saja. Itu pun sifatnya hanya bantuan," kata Suroto.
Bantuan asbes dan genteng sebagai bantuan darurat. Rencananya, ada 57 unit rumah warga yang akan mendapat bantuan dengan klasifikasi ringan, 16 kategori sedang dan dua rusak berat.
Untuk rumah yang temboknya roboh, akan diberikan bantuan setelah penanganan darurat bencana. Rumah dengan tembok roboh masuk dalam penanganan setelah bencana.
Untuk penanganan setelah bencana ada anggaran sekitar Rp29 juta untuk pembelian bata dan semen. Sedang untuk alur pemberian bantuan, akan diserahkan pada desa untuk selanjutnya didistribusikan ke warga yang terdampak, sesuai nama dan alamat.
Kabar baiknya, pos anggaran/biaya tidak terduga di BPBD yang sebelumnya masuk skema re-focusing penanganan COVID-19, saat ini telah kembali bisa digunakan.
Selain dari BPBD, perbaikan rumah warga yang ruak bisa diambilkan dari anggaran Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Sebelumnya, gempa berpusat Malang mengguncang wilayah Jawa Timur dengan kekuatan 6,1 magnitudo. Pusat gempa berada di laut selatan dengan kedalaman 25 kilometer. Pusat gempa merupakan wilayah aktif.
Dari catatan BMKG, di wilayah ini pernah terjadi gempa yang merusak pada tahun 1893, 1939, 1962, 1963 dan tahun 1973.(*)