Surabaya (ANTARA) - Sepuluh hari pertama di awal tahun 2021, mendengar kabar hasil tes usap PCR positif, tentu bukan informasi menggembirakan bagi saya, yang menulis ini.
Terlebih, tak ada gejala apapun yang dirasakan saat itu. Namun, mau tidak mau, suka tidak suka, fakta tersebut harus diterima.
Tidak lama setelah bermusyawarah dengan keluarga, keputusan untuk karantina mandiri di asrama Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) milik Provinsi Jawa Timur diikuti.
"Seharusnya bisa di rumah, tapi kalau tidak memungkinkan, silakan datang ke BPSDM. Semua sudah disiapkan dan tetap semangat," ujar Kepala BPSDM Jatim Aries Agung Paewai dari ujung telepon saat berkoordinasi untuk menjalani isolasi.
Mengendarai sepeda motor memakan waktu perjalanan sekitar 50 menit dari kediaman, kawasan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran ke Jalan Balongsari Tama Kecamatan Tandes.
"Biasanya ke sini untuk tugas liputan, tapi sekarang harus jalani masa karantina," ucapku membatin di dalam hati.
Sambutan hangat dari petugas, lalu skrining detak jantung, pernafasan dan tensi, semuanya hasilnya baik. Ruang Artha Praja 306 menjadi saksi perjuangan melawan COVID-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG).
Setiap pagi dan sore, selalu dipantau tim medis setempat, ditambah asupan makanan bergizi setiap harinya sebanyak tiga kali, plus buah dan snack.
Belum lagi fasilitas di sana yang disiapkan khusus bagi pasien untuk mempercepat peningkatan imunitas, antara lain kolam pemancingan, peralatan fitnes (gym), sepeda, tenis meja, termasuk membakar daging irisan tipis-tipis atau yang kerap disebut nge-grill.
Benar saja, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, dan hari demi hari dilalui hingga 10 hari kemudian dipersilakan kembali ke rumah dengan komitmen melanjutkan isolasi mandiri sepekan, hingga benar-benar dinyatakan sembuh oleh dokter Puskesmas tempat tinggal.
Intinya, sejak tes usap, lalu menunggu hasil tiga hari, kemudian kabar terkonfirmasi positif hingga pulang dan dinyatakan sembuh dilalui tanpa gejala.
Tentu banyak hikmah dari peristiwa ini dan semua harus selalu disyukuri, ditambah tawaqal kepada Allah SWT, sembari berdoa agar pandemi segera berakhir.
Kasus awal di Jatim
Memasuki pertengahan Maret 2020, atau setelah adanya pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendirikan posko layanan informasi tentang virus corona yang buka 24 jam di Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo Surabaya.
Posko terletak di salah satu ruangan di sisi timur dekat pintu gerbang masuk Grahadi, disertai tenda dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBP) Jatim.
Masih di bulan sama, virus benar-benar masuk Jatim dan "Institute of Tropical Disease" (ITD) Universitas Airlangga Surabaya menemukan sebanyak enam spesimen positif mengandung COVID-19.
Warga jelas panik, tapi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang telah membentuk Tim Gugus Tugas Pengendalian dan Penanganan COVID-19 Jawa Timur meminta tetap tenang dan optimistis penyebarannya terkendali.
Berbagai upaya dilakukan, terutama penyemprotan disinfektan massal di seluruh lokasi, termasuk rumah ibadah, perkantoran, bahkan di jalan-jalan protokol maupun perkampungan.
Setiap harinya, pasien terkonfirmasi positif, pasien sembuh dan pasien dinyatakan meninggal dunia menjadi "makanan" pemberitaan.
Pada 20 Maret 2020, Gubernur Khofifah menetapkan status keadaan darurat bencana penyakit akibat COVID-19 di wilayah setempat hingga batas waktu yang tak dapat ditentukan.
Status tersebut sesuai Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/108/KPTS/013/2020, serta mengacu Keputusan Kepala BNPB Nomor 13.A/2020.
Berbagai program diterapkan Pemerintah Pusat juga diikuti di Jatim, yang diawali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama beberapa tahap, kemudian PSBB Transisi, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hingga berjilid-jilid masa PPKM skala mikro.
Selama penanganan dan pengendalian, di Jatim mengalami kasus fluktuatif, atau terkadang tinggi, terkadang tidak. Bahkan, sempat beberapa hari menduduki peringkat pertama kasus terkonfirmasi positif.
Namun, pada Oktober 2020, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menegaskan sudah tidak ada zona merah atau daerah risiko tinggi penularan di Jatim, termasuk Sulawesi Selatan berdasarkan analisis data mingguan per 4 Oktober 2020.
Berdasarkan analisis mingguan Satgas, angka kesembuhan di Jatim hingga 4 Oktober 2020 mencapai 88,53 persen. Persentase itu membuat Jatim menjadi provinsi dengan angka kesembuhan tertinggi di antara 10 provinsi prioritas penanganan COVID-19.
Kabupaten/kota zona merah di Jatim sudah berubah status menjadi zona oranye atau wilayah dengan risiko sedang penularan COVID-19.
Status tersebut hanya bertahan beberapa bulan, sebab tepat setelah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember 2020, zona merah kembali muncul di Jatim.
Pertengahan Desember, tercatat sebanyak enam daerah di masuk zona merah, yakni Kabupaten Kediri, Jember, Banyuwangi, dan Tuban, serta Kota Blitar dan Kota Malang.
Ketua Gugus Tugas Kuratif Satgas COVID-19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi berharap seluruh masyarakat di Jatim tidak berhenti menerapkan protokol kesehatan ketat sebab saat ini terlihat agak longgar.
"Ingat, pandemi belum berakhir. Jangan lengah dan mengabaikan protokol kesehatan. Laksanakan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak serta mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir," katanya.
Direktur RSUD dr Soetomo itu juga mengimbau untuk tidak menggelar berbagai acara apapun pada akhir tahun sebagai langkah tepat demi menekan laju penularan virus corona.
Di awal Januari 2021, zona merah terus bertambah, yaitu delapan daerah, yang rinciannya Kabupaten Tulungagung, Bojonegoro, Tuban, Lumajang, Mojokerto, Kota Malang, Kota Blitar, dan Kota Madiun.
Tapi, per 7 Januari 2021, daerah berzona merah berkurang dan tinggal menyisakan tiga kabupaten, yaitu Blitar, Ngawi, serta Lamongan.
Anggota Satgas Kuratif COVID-19 Jatim dr. Makhyan Jibril menerangkan, salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya zona merah di Jatim adalah adanya operasi yustisi masif.
"Penegakan protokol kesehatan harus semakin digencarkan sehingga masyarakat mulai mau memakai masker lagi," kata dokter muda lulusan S2 di Bidang Healthcare Enterpreneurship di University College London, Inggris tersebut.
Bersamaan di awal bulan tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga terkonfirmasi positif COVID-19 dengan status orang tanpa gejala.
Saat menjalani tes usap pada malam tahun baru, atau 31 Desember 2020, dan hasilnya 1 Januari 2021 dinyatakan positif. Gubernur Khofifah baru dinyatakan sembuh atau negatif COVID-19 pada 29 Januari 2021.
Total 29 hari gubernur perempuan pertama di Jatim itu menjalani isolasi mandiri di rumah dinas eks-Wakil Gubernur Jatim di Jalan Imam Bonjol Surabaya.
Lalu, saat corona "berulang tahun" di Indonesia, atau Maret 2021, Jatim kembali bebas zona merah, bahkan sebanyak 16 daerah masuk kategori zona kuning atau berisiko rendah terhadap penularan kasus COVID-19, sedangkan 22 kabupaten/kota lainnya masih berstatus zona oranye atau berisiko sedang. Catatan tersebut bertahan hingga saat ini.
Menurut dr. Jibril, hasil tersebut menunjukkan kerja sama efektif berbagai pihak, seperti aparat yang melakukan penegakan hukum, pemerintah yang melakukan program penanggulangan dan pengendalian, serta masyarakat yang menjalankan protokol kesehatan.
Selain itu, peran-peran dari tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang tak pernah berhenti melakukan sosialisasi dan imbauan juga sangat membantu, termasuk media massa yang selalu bersama-sama berupaya memerangi COVID-19.
Tak itu saja, hasil dari program pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro juga disebutnya sangat membantu upaya penanggulangan COVID-19, seperti program beberapa pembatasan aktivitas serta kampung tangguh.
Berikutnya, adanya vaksinasi, terutama selesainya terhadap sasaran petugas kesehatan dan sebagian lanjut usia (lansia) menjadi salah satu faktor keberhasilan Jatim keluar dari zona merah.
Terhadap penyintas pasien COVID-19 di Jatim, tim gugus tugas juga mengucapkan apresiasinya karena se-Tanah Air menjadi yang paling banyak menyumbangkan donor plasma konvalesen atau sekitar 42 persen.
Vaksinasi tertinggi
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga berkomitmen memaksimalkan program vaksinasi sebagai salah satu upaya menekan penyebaran COVID-19, terutama di wilayah setempat.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan, Pemprov Jatim terus maksimalkan vaksinasi sebagai salah satu intervensi membentuk kekebalan komunitas dan menurunkan kasus COVID-19.
Pihaknya bersyukur atas capaian vaksinasi Jatim karena berdasarkan data yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan RI per 17 Maret 2021 capaiannya berada di urutan tertinggi di Indonesia, yakni 1.176.136 orang.
Kemudian berturut-turut diikuti oleh Jawa Tengah 1.020.588 orang, Jawa Barat 780.990 orang, DKI Jakarta 781.716 orang.
Berikutnya, Sumatera Barat, Banten dan Bali menyusul dengan capaian vaksinasi masing-masing 199.664 orang, 253.824 orang dan 158.064 orang.
Provinsi lainnya yang juga masuk daftar peserta vaksinasi tertinggi adalah Sulawesi Selatan dengan 157.747 orang, Sumatera Selatan dengan 142.610 orang, serta Yogyakarta dengan 149.506 orang.
Pemprov Jatim bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota telah menyisir lapisan masyarakat yang diprioritaskan.
Untuk saat ini, sasaran vaksinasi yang didahulukan adalah orang-orang yang berisiko tinggi seperti lanjut usia, tenaga kesehatan hingga pelayanan publik.
Lalu, berdasarkan laporan mingguan yang dilaksanakan bersama Kemenkes RI pada 23 Maret 2021, Jatim disebutkan sebagai provinsi dengan vaksinasi tertinggi di Indonesia untuk pelayanan publik.
Tercatat, sebanyak 573.497 pelayan publik telah divaksinasi di Jatim, sedangkan secara keseluruhan sudah ada 1,3 juta penduduk Jatim yang telah divaksinasi.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto bahkan mengapresiasinya serta mengungkap keberhasilan Jatim dalam menekan penyebaran virus corona (COVID-19).
Jatim dinilai sukses melibatkan masyarakat memerangi COVID-19 melalui Program Kampung Tangguh yang digalakkan sejak awal masa pandemi.
Upaya Pemprov Jatim untuk menekan angka penyebaran COVID-19 terus dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat, agar capaian yang sudah diraih saat ini bisa tetap dipertahankan. (*)