Surabaya (ANTARA) - Produsen garam konsumsi beryodium "Cap Kapal" yakni PT Susanti Megah mulai melakukan edukasi pasar tentang jenis garam yang baik dan sehat, usai banyaknya merek dagang palsu menyerupai merek dagang mereka hingga menggerus pangsa pasar.
Direktur Utama PT Susanti Megah, Hermawan Santoso saat pembukaan Marketing Lounge PT Susanti Megah di Surabaya, Selasa mengungkapkan, produk yang meniru mereka dagang mereka tersebut tidak bisa dipastikan kebersihan dan kandungan yodium di dalamnya.
"Karena garam Cap Kapal ini kan sudah dikenal masyarakat. Saya membangun brand ini sudah 44 tahun. Tetapi ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan meniru merek kita, ada yang memberi merek kapal layar, kapal terbang, kapal keruk, kapal ikan dan lain sebagainya," katanya.
"Padahal kenyataannya, kualitas tidak ada jaminan. Ini sangat membahayakan masyarakat karena kandungan yodium itu sangat penting bagi tubuh kita," ujar Hermawan Santoso menambahkan.
Akibat gempuran dari merek abal-abal tersebut, Hermawan mengaku pangsa pasar garam "Cap Kapal" menjadi tergerus dan turun sebesar 5-6 persen.
Padahal menurutnya, pasar terus mengalami kenaikan karena jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, bahkan di saat pandemi sekalipun.
"Meskipun pandemi, harusnya naik karena masyarakat tetap makan. Tetapi karena brand-brand yang tidak jelas itu akhirnya market share kami turun," katanya.
Untuk itu, mulai tahun ini Susanti Megah gencar melakukan edukasi, salah satunya dengan membuka kantor marketing yang sekaligus akan digunakan sebagai tempat edukasi. Edukasi bisa dengan cara menggelar cooking class secara reguler atau lainnya.
"Nanti kita undang perkumpulan ibu-ibu, anak SMK bahkan anak TK. Akan kita edukasi mana garam yang benar dengan kualitas yang bagus dan mana yang palsu, tentang bagaimana cara memasak dengan benar agar kandungan yodium dalam garam tidak hilang," ucapnya.
Sebagai pelopor produsen garam beryodium yang berdiri sejak tahun 1977, Susanti Megah berkomitmen mendukung program tumbuh kembang anak.
Menurutnya garam beryodium sangat penting dalam proses pertumbuhan generasi bangsa ke depan. Kekurangan yodium, akan membuat anak tumbuh kerdil, mengidap penyakit gondok bahkan bibir sumbing.
"Inilah yang harus kita pahamkan, jangan sampai masyarakat mengonsumsi garam langsung dari laut karena sangat berbahaya sebab laut saat ini telah tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga," tuturnya.
Terkait produksi garam PT Susanti Megah, Hermawan mengatakan saat ini mencapai 15 ribu ton per bulan. Terbesar garam jenis konsumsi dengan persentase sekitar 60 persen, sementara garam industri mencapai 40 persen. (*)