Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memprediksi puncak musim hujan yang terjadi di wilayah selatan Indonesia pada 31 Januari 2021.
Peneliti Sains Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Dr. Erma Yulihastin dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu, mengungkapkan bahwa periode puncak hujan tersebut dikonfirmasi oleh aktivitas pertumbuhan awan dan hujan di selatan Indonesia yang semakin menguat sejak 27-31 Januari, dengan maksimum hujan terjadi pada 29 Januari dan akan persisten hingga 31 Januari.
Peningkatan hujan di selatan Indonesia ini terjadi secara merata dari Sumatra bagian selatan hingga Pulau Alor dekat Timor Leste.
Hujan harian yang secara konsisten terjadi dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Di sebagian besar wilayah tersebut tak hanya mengalami peningkatan secara intensitas, namun juga durasi hujan. Beberapa kawasan, bahkan mengalami durasi hujan yang lama atau terjadi secara persisten dari pukul 12.00 WIB hingga malam hari pukul 21.00 WIB.
Erma menuturkan peningkatan hujan siang hingga malam hari yang merata di selatan Indonesia ini terjadi karena pembentukan konvergensi skala meso yang memanjang di atas daratan, khusus untuk Pulau Jawa pusat konvergensi terjadi di bagian tengah dan timur.
"Oleh karena itu, hujan deras, bahkan ekstrem berpotensi terjadi sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah, dengan pola dan arah pergerakan hujan yang terjadi serentak dari selatan menuju utara," kata Erma.
Berdasarkan prediksi terhadap kawasan yang mengalami konsentrasi hujan, hujan deras mulai terjadi sejak siang hari di sekitar Tasikmalaya hingga Purwokerto dan akan bergerak secara simultan menuju kawasan pesisir utara, yang memanjang dari Cirebon hingga Jepara dan sekitarnya.
Menurut Erma, kondisi ini patut diwaspadai karena dapat meningkatkan potensi kejadian ekstrem yang berkaitan dengan hujan ekstrem dan angin kencang, serta bentuk cuaca ekstrem lainnya di kawasan tersebut.
Untuk wilayah Jawa Timur, daerah konvergensi akan terbentuk di sekitar Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya, dan hujan akan mengalami pembentukan awal dari Malang dan sekitarnya serta akan bergerak menuju utara, yaitu kawasan pesisir utara yang membentang dari Pasuruan hingga Probolinggo.
Sedangkan kawasan di bagian timur akan mengalami hujan maksimum sepanjang hari, yang membentang dari pulau Bali hingga pulau Alor dekat Timor Leste dengan konsentrasi hujan tertinggi terjadi di wilayah sekitar perairan Timor.
Untuk wilayah Jawa bagian barat, Erma menyebut akan terjadi hujan sore hari secara konsisten setiap hari di kawasan Bogor dan sekitarnya, lalu mengalami pergerakan menuju ke utara hingga wilayah Jakarta dan sekitarnya pada sore hingga malam hari.
Hal ini membuat Jakarta akan mengalami hujan pada sore hingga malam hari yang berasal dari suplai kelembapan dari selatan. Jakarta juga akan mendapatkan suplai kelembapan dan pergerakan hujan dari arah barat yang berasal dari kawasan Serang, Banten.
Selain itu, Jakarta juga akan mengalami hujan dini hari hingga pagi hari yang dipengaruhi oleh konveksi dari laut Jawa dan selat Sunda.
"Hujan dini hari ini secara konsisten berpotensi berlanjut hingga akhir bulan, seiring dengan penguatan angin utaraan dan angin baratan akibat pertumbuhan dua depresi tropis yang berpotensi menjadi Siklon Tropis di Benua Australia," kata dia.
Intensitas dan durasi serta penambahan puncak hujan di Jakarta tersebut terjadi, karena di wilayah itu terdapat pembentukan konvergensi angin baratan yang berasal dari Samudra Hindia dan angin utaraan atau angin barat lautan yang berasal dari Laut Jawa atau Selat Sunda.
Erma menambahkan kondisi ini patut diwaspadai, karena selain hujan yang bersifat lokal tersebut, Jakarta juga mengalami potensi ancaman berupa aliran air dari Bogor dan sekitarnya. Untuk itu, pihak terkait bisa mempersiapkan diri terhadap risiko banjir yang dapat terjadi di Ibu Kota Jakarta.