New York (ANTARA) - Harga minyak naik ke level tertinggi sejak awal Maret pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah persediaan minyak mentah AS turun tajam dan dolar melemah, tetapi infeksi Virus Corona yang meningkat membuat investor khawatir tentang prospek permintaan.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, naik 74 sen atau 1,7 persen menjadi menetap di 45,17 dolar AS per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan September bertambah 49 sen atau 1,2 persen, menjadi ditutup pada 42,19 dolar AS per barel.
Kedua kontrak naik lebih dari empat persen pada awal sesi.
Persediaan minyak mentah AS jatuh 7,4 juta barel pekan lalu, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), melebihi penarikan tiga juta barel yang diprediksi para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Melemahnya dolar, yang membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, juga mendukung harga.
"Tidak ada yang luput dari keuntungan dari melemahnya dolar di ruang komoditas dan minyak tentu saja bersenang-senang dalam penurunannya," kata Analis Senior OANDA Craig Erlam.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari tanda-tanda bahwa pembicaraan antara Gedung Putih dan Demokrat di Kongres mengenai paket bantuan baru Virus Corona membuat kemajuan, meskipun kedua belah pihak masih berjauhan.
Data pabrik AS minggu ini juga menunjukkan peningkatan pesanan, yang oleh beberapa analis dianggap sebagai petunjuk pemulihan ekonomi.
Aktivitas bisnis zona euro kembali ke pertumbuhan moderat pada Juli ketika beberapa pembatasan yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran Virus Corona diperlonggar, Indeks Manajer Pembelian Komposit dari IHS Markit menunjukkan.
Kenaikan harga minyak terjadi dengan latar belakang lonjakan kasus virus corona yang dapat mengancam pemulihan permintaan bahan bakar.
Kematian akibat Virus Corona global melampaui 700.000 pada Rabu (5/8/2020), menurut penghitungan Reuters, dengan Amerika Serikat (AS), Brazil, India dan Meksiko memimpin peningkatan kematian.
“Kami memperkirakan permintaan bensin hampir tujuh persen lebih rendah secara tahun-ke-tahun hingga kuartal ketiga, dengan bensin diesel mencatat penurunan sekitar empat persen, menyiratkan perlambatan pemulihan yang berkelanjutan, dengan pengembalian global ke level 2019 tahun ini semakin meragukan,” kata JBC Energy, mengacu pada konsumsi global, yang telah runtuh karena penguncian untuk membantu mengatasi pandemi.
Konsultan memperkirakan permintaan bahan bakar jet anjlok 50 persen secara tahun ke tahun hingga kuartal ketiga.
Di Amerika Serikat, konsumen minyak utama dunia, persediaan destilasi naik minggu lalu ke level tertinggi dalam 38 tahun untuk minggu ketiga berturut-turut, sementara distilasi berada pada level tertinggi, kata EIA. Stok bensin naik selama dua minggu berturut-turut.
“Saat kita mendekati akhir musim mengemudi dan memasuki musim minyak pemanas musim gugur, margin penyulingan akan tetap di bawah tekanan karena persediaan bensin dan distilasi tetap jauh di atas tahun lalu dan kami tidak dapat memotong kelebihan itu secara berarti,” kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, di Houston. (*)
Stok AS jatuh dan dolar melemah, minyak capai level tertinggi
Kamis, 6 Agustus 2020 7:55 WIB