Ngawi (ANTARA) - Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, melakukan tes cepat deteksi COVID-19 terhadap para pedagang di pasar-pasar tradisional setempat secara acak.
"Dari sekitar 100 pedagang di Pasar Kedung Prahu, Padas, yang ikut rapid test, hasilnya sebanyak 27 orang di antaranya ditemukan reaktif," ujar Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Ngawi, Yudono, Senin.
Menurut dia, tes cepat terhadap seratusan pedagang di pasar tradisional tersebut dilakukan guna mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lokasi kerumunan, seperti pasar tradisional.
Pihaknya berencana akan melakukan tes cepat lagi ke sejumlah pasar tradisional lainnya, seperti Pasar Besar Ngawi dan Pasar Beran.
Ia menyatakan, melihat kondisi pasar tradisional yang ramai menjelang Lebaran, dimungkinkan jumlah pedagang yang reaktif akan bertambah saat dilakukan tes cepat berikutnya.
Karena itu, pada tes cepat di pasar tradisional, sasaran utamanya adalah pedagang luar daerah, terutama dari zona merah penyebaran COVID-19.
Selain di pasar tradisional, pihaknya juga menggelar tes cepat di tempat penumpukan massa lain, seperti perbankan, pabrik, dan pendatang dari luar daerah yang berpotensi menjadi klaster penyebaran COVID-19 di Ngawi.
"Virus ini kan tidak bisa masuk melalui udara, tapi dari orang yang membawanya. Makanya harus diseleksi betul siapa saja yang masuk Ngawi dan kemungkinan menimbulkan klaster," katanya.
Saat ini sudah tersedia sekitar 2.000 alat tes cepat. Selain di rumah sakit, alat tersebut juga disebar ke beberapa organisasi perangkat daerah (OPD). Jika masih kurang, pemkab akan melakukan pengadaan lagi.
Khusus klaster pasar, selain rapid test, Pemkab Ngawi juga mewajibkan orang terutama pedagang dari luar daerah yang hendak masuk Ngawi untuk membawa surat keterangan sehat dan hasil rapid test yang negatif dari tempat asal. Hal itu guna menekan penyebaran COVID-19 di Ngawi.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Ngawi mencatat, jumlah pasien positif COVID-19 di wilayah Ngawi hingga 18 Mei 2020 mencapai enam orang.