Surabaya (ANTARA) - Tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya memaparkan langkah penanganan terhadap Muhammad Pandhu Firmansyah, bayi dengan Hydrocephalus (Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocel), saat konferensi pers di rumah sakit setempat, Senin.
Bayi Pandhu memiliki rongga hingga empat sentimeter pada bagian atas bibir area hidung yang membuatnya sulit minum ASI dari puting ibunya atau meminum susu formula dengan dot.
Baca juga: 11 dokter spesialis RSUD dr Soetomo tangani bayi hydrocephalus asal Surabaya
Dina Oktavia (21 tahun), ibunda Muhammad Pandhu Firmansyah, harus menyuapkan susu formula dengan sendok.
Dokter bedah plastik yang menangani bayi hydrocephalus, dr Lobredia Zarasade SpBpRE (KKF), menjelaskan langkah awal yang dilakukan timnya yaitu mempersempit jaringan yang terbuka menutup celahnya dengan taping pakai plester dimulai hari ini.
"Nanti ditaping, ditutup pakai plester dengan sedikit tarikan, jadi celahnya diharapkan bisa menyempit. Prosesnya sederhana, kalau basah nanti plesternya diganti. Makanya keluarga kami ajari juga," ujarnya.
Baca juga: Risma beri tali asih keluarga bayi hydrocephalus
Pemberian plester pada bagian kiri dan kanan dilakukan selama sebulan dan dua bulan sampai lebar celahnya mencapai dua sentimeter. Sehingga memudahkan proses operasi selanjutnya.
"Saat ini sekaligus pemeriksaan seluruh tim, mulai dokter mata, THT, anak, rehab medik, bedah syaraf," ucapnya.
Baca juga: Bayi penderita hydrocephalus dapat bantuan Pemkot Surabaya
Langkah selanjutnya yaitu operasi rekonstruksi soft tissue, yaitu kulit dan otot di bawahnya. Kemudian menunggu satu sampai satu setengah tahun untuk operasi langit-langit mulut Pandhu.
"Setelah operasi akan ada terapi bicara sampai usia empat tahun, kemudian pasang kawat gigi operasi lanjutan untuk menutup gusinya. Usia sembilan tahun akan kami perbaiki lagi," tuturnya.
Operasi perbaikan wajah, menurut dr Lobredia, bisa sampai usai 17 tahun saat tulang wajahnya sudah tidak berkembang lagi.