Jakarta (ANTARA) - Organisasi kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan armada baru berupa truk air (Water Truck) untuk meluaskan jangkauan distribusi air bersih bagi warga yang terkena dampak kekeringan di seluruh Indonesia.
"Armada ini merupakan kelanjutan dari armada tangki air yang sebelumnya sudah beroperasi," kata Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin dalam acara pendistribusian air bersih bagi warga di Kecamatan Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/10).
Ia mengatakan Water Truck tersebut memiliki banyak fungsi tambahan, di antaranya selain dapat memaksimalkan pendistribusian air bersih, truk air tersebut juga bisa memungkinkan aksi kemanusiaan lain seperti pemadaman kebakaran.
Peluncuran armada Water Truck seri kedua tersebut, kata Ahyudin, ditujukan untuk meluaskan jangkauan pendistribusian air bersih untuk wilayah yang terkena dampak kekeringan dan krisis air.
"Kami luncurkan Water Truck kedua ini untuk mendukung program pendistribusian air bersih karena air merupakan sumber kehidupan. Air adalah kebutuhan mendasar manusia. Sementara kekeringan dan krisis air bersih masih menghantui warga di sejumlah wilayah di Indonesia," katanya.
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) per 20 Okrober 2019, Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Bali masih dilanda kekeringan ekstrem. Sebagian wilayah Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra juga dilanda kekeringan sedang hingga panjang.
Water Truck terbaru itu memiliki kapasitas 20 ribu liter dan diluncurkan untuk melengkapi armada pendahulunya yang berkapasitas 8 liter.
Koordinator Water Truck Sutaryo mengatakan truk air dari ACT tersebut memiliki tiga keluaran air bertekanan serta dua keluaran air yang memanfaatkan sistem gravitasi.
"Ini merupakan terobosan baru ACT untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Tak hanya sebatas mendistribusikan air bersih, tetapi juga ketika dibutuhkan truk ini dapat difungsikan sebagai pemadam kebakaran," katanya.
Selain itu, truk air tersebut juga bisa membersihkan jalanan yang terkena dampak bencana seperti banjir, longsor atau letusan gunung berapi, katanya. (*)