Jakarta (ANTARA) - Untuk mengurusi tata kelola 142 Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan aset yang terakumulasi hingga Rp8.092 triliun, Menteri BUMN Kabinet Indonesia Maju Erick Thohir mengusulkan beberapa Wakil Menteri untuk membantu tugasnya.
Tidak heran, target yang diemban BUMN sebagai perpanjangan tangan negara memang cukup berat selama lima tahun ke depan, mulai dari membangun infrastruktur di Sabang hingga Merauke, mengembangkan energi dan sumber daya mineral, pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, penyediaan kredit murah bagi masyarakat.
Kemudian, Erick juga perlu merealisasikan mimpi agar BUMN Indonesia menjadi pemain besar di rantai ekonomi global. Hal itu harus didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni serta tantangan di iklim bisnis yang kompetitif.
Erick membutuhkan sosok wakil mnteri yang sesuai "selera" Presiden Joko Widodo. Cepat, muda, tidak monoton, rajin turun ke lapangan serta berkomitmen tinggi dengan visi misi Presiden.
Nama-nama calon pendamping Erick beredar di jejaring pusat informasi dalam beberapa hari terakhir, antara lain Budi Gunadi Sadikin dan juga Kartika Wirjoatmodjo.
Tiko, sapaan akrab Kartika, mungkin yang paling santer diberitakan akan menjadi pendamping Menteri BUMN. Erick pun pada Kamis (24/10) kemain mengakui telah mengusulkan Erick Thohir kepada Presiden Joko Widodo untuk dijadikan Wakil Menteri.
Tiko memiliki rekam jejak yang cukup cemerlang dalam beberapa tahun terakhir. Saat dipercaya memimpin Bank Mandiri di 2015, Tiko memikul pekerjaan berat.
Alumni Rotterdam School of Management, Erasmus University, Belanda ini harus mempertebal biaya pencadangan untuk mengantisipasi kenaikan rasiko kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) karena tekanan ekonomi global pada 2015.
Pada 2016, dana pencadangan Bank Mandiri harus dinaikkan 100 persen menjadi Rp24,6 triliun dari Rp12 triliun di tahun 2015. Alhasil, dengan kenaikan biaya pencadangan itu, laba bersih Mandiri anjlok hingga 32,1 persen menjadi hanya Rp13,8 triliun
Namun, hanya membutuhkan waktu satu tahun, Tiko mengubah kelesuan itu.
Dengan membersihkan rasio kredit bermasalah, pada 2017, Tiko membalikkan keadaan dengan mengantongi laba bersih Rp20,6 triliun, atau naik 49,5 persen dibanding posisi 2016.
Keberhasilan Tiko membesut Bank Mandiri, memang buah dari perjalanannya di industri keuangan. Sebelum memimpin Bank Mandiri selama empat tahun delapan bulan, Tiko bertanggung jawab sebagai Direktur Keuangan Bank Mandiri.
Pria kelahiran Surabaya 18 Juli 1973 ini juga pernah menjabat di lebaga regulator sebagai Chief Executive Officer (CEO) di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) selama satu tahun tiga bulan, pada tahun 2014-2015.
Beberapa jabatan lain juga pernah diembannya, seperti Direktur Pelaksana Mandiri Sekuritas selama tiga tahun sejak tahun 2008. Jauh sebelumnya, pada 2000 dia pernah menjadi konsultan di The Boston Consulting Group, perusahaan yang bergerak di jasa konsultan manajemen.
Jadikan BUMN pemain global
Hari ini Jumat (25/10) usai bertemu Presiden Joko Widodo, Tiko yang mengenakan kemeja putih,--khas pakaian Joko Widodo--, mengaku diperintah Presiden untuk menjadi membantu pengembangan 142 BUMN.
Tanpa menyebut jelas posisi yang diamanatkan, Tiko mengaku diminta Jokowi untuk bisa merangkul swasta agar terlibat dalam pembangunan di Tanah Air. Selain itu, salah satu tugas yang diberikan Jokowi adalah merealisasikan keinginan masyarakat sejak lama terhadap BUMN yakni agar BUMN jadi pemain di kancah ekonomi global.
"BUMN akan semakin besar, kami akan berkolaborasi bersama swasta, BUMN juga perlu menjadi pemain global," ujar Tiko.
Sementara itu, Budi Gunadi Sudikin, yang memberikan keterangan pers bersama Tiko, memberikan pernyataan yang lebih jelas bahwa dia dan Tiko diminta mendampingi Erick Thohir di Kementerian BUMN.
"Saya sama Pak Tiko bantu Pak Erick Thohir, kata Budi..
Erick Thohir sebelumnya mengatakan jika BUMN ingin menjadi pemain ekonomi global, maka perlu ekosistem usaha dan bisnis yang adil bersama BUMD maupun swasta.
"Kita membangun ekosistem yang sehat, BUMN, BUMD, dan swasta di mana tidak lain untuk berkolaborasi seperti Bapak Presiden Joko Widodo sampaikan bahwa kita tidak hanya bisa jago kandang tapi harus menjadi pemain global," ujar Erick.
Erick mengatakan bahwa hal tersebut bisa dicapai jika semua pihak baik BUMN, BUMD dan swasta bisa bersama-sama memiliki misi yang sama untuk membuat Indonesia maju sesuai dengan nama Kabinet Indonesia Maju seperti dicanangkan oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk periode 2019-2024.
BUMN, kata Erick, tidak hanya dituntut sebagai korporasi yang berorientasi laba, namun juga berperan sebagai lokomotif bagi pembangunan Indonesia.
Ia mengatakan, kementerian yang dipimpinnya banyak restrukturisasi, corporate action dan pengembangan usaha maka wamen yang dibutuhkan juga harus mengerti juga soal keuangan tidak hanya operasional.
Wamen yang diajukan orang yang kapabel dalam menjalankan perusahaan sangat besar dan tantangan yang sangat berat.
"Namun yang pasti sama bahwa kita adalah agen perubahan buat Indonesia. Bagaimana kita harus menjadi pusat kinerja untuk juga kesejahteraan masyarakat Indonesia," kata Erick. (*)