Surabaya (ANTARA) - Sejumlah elemen di Surabaya menyatakan sikapnya terkait insiden di depan asrama mahasiswa Papua di sejumlah daerah di Jawa Timur beberapa waktu lalu.
"Kami sejumlah elemen berkumpul dan berdiskusi untuk kemudian merumuskan pernyataan terhadap insiden di asrama mahasiswa Papua," ujar koordinator elemen Ksatria Airlangga, Teguh Prihandoko, di sela "Rembug Suroboyo" di Balai Pemuda Surabaya, Sabtu.
Selain Ksatria Airlangga, beberapa elemen yang berkumpul di antaranya KBRS Perjuangan Rumah Bhinneka, DKS, Almisbat, Assb Layar, Pekad, PA GMNI dan lainnya.
Menurut dia, terdapat poin-poin yang menjadi pernyataan sikap, antara lain sedih dengan peristiwa yang terjadi di Papua beberapa hari belakangan ini, termasuk berduka atas jatuhnya korban, baik dari kalangan masyarakat sipil maupun aparat keamanan.
"Papua adalah kita maka luka Papua adalah luka kita semua," ucapnya.
Pihaknya juga menegaskan marah atas pemicu awal munculnya rentetan peristiwa yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dan perusakan fasilitas publik di Papua.
"Kami mengutuk keras pihak-pihak yang menunggangi kerusuhan di Papua demi syahwat politik. Termasuk mereka yang justru bergembira dan bersorak atas peristiwa kerusuhan yang terjadi," katanya.
Tragedi ini, kata dia, diketahui berawal dari peristiwa di Kota Malang dan Surabaya yang selama ini dikenal sangat tolerans terhadap keberagaman, bahkan telah menjadi benteng kokoh pluralisme, termasuk memiliki semangat kebhinnekaan serta warganya yang dikenal memiliki sifat egaliter.
Namun, lanjut dia, tindakan rasisme yang ditunjukkan oleh segelintir orang di dua kota tersebut, baik dari unsur sipil maupun aparat dinilainya telah merusak suasana damai yang selama ini terjaga kuat.
"Karena itu, sebagai bagian dari elemen masyarakat sipil di Jatim, kami meminta Presiden Jokowi tegas menindak siapapun yang secara sengaja melakukan tindakan rasisme dan intoleran terhadap sesama warga negara, serta jangan jadikan Papua sebagai proyek politik yang membahayakan kehidupan bersama," katanya.
Pihaknya berharap tidak ada lagi ruang untuk bersikap dan melakukan tindakan berbasis rasisme sehingga negara harus hadir untuk mencegah peristiwa kembali terulang.