Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah harus menyikapi tren peningkatan impor sampah dan limbah secara hati-hati.
"Saya juga beberapa kali dalam summit, di ASEAN Summit, dan konferensi lainnya, juga disampaikan banyaknya sampah dan limbah yang diekspor dari negara maju ke negara berkembang, jadi bukan hanya di Indonesia saja," kata Jokowi dalam sambutannya saat membuka rapat terbatas bertopik "Impor Sampah dan Limbah" di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa.
Menurut Presiden, kendati serat kertas dan sampah plastik impor dibutuhkan oleh industri, namun banyak limbah dan sampah yang berpotensi merusak lingkungan.
Sampah serta limbah itu semakin mengancam jika tidak dapat didaur ulang.
"Lebih berbahaya lagi jika terkontaminasi oleh limbah bahan berbahaya dan beracun, B3 yang berbahaya bagi masyarakat," ujar Jokowi.
Terkait bahan baku industri yang memanfaatkan sampah, Presiden mengarahkan untuk dapat memaksimalkan sampah di dalam negeri.
Dia menekankan pengendalian dan pengawasan oleh instansi kementerian terhadap masuknya sampah dan limbah.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta aparat penegak hukum mengambil upaya tegas jika menemukan pelanggaran di lapangan.
"Saya rasa ini koordinasi diantara menteri-menteri terkait sangat diperlukan sehingga jangan sampai terjadi perbedaan pandangan yang menghambat penanganan impor sampah dan limbah," kata Jokowi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan sejumlah menteri telah melakukan koordinasi terkait itu tersebut.
Dia mengungkapkan dalam pertemuan terbatas itu, ada sejumlah kesepakatan yang dibuat terkait penanganan impor sampah dan limbah.
Jokowi: Sikapi hati-hati peningkatan impor sampah negara berkembang
Selasa, 27 Agustus 2019 16:42 WIB
Lebih berbahaya lagi jika terkontaminasi oleh limbah bahan berbahaya dan beracun