Banyuwangi (ANTARA) - Festival Petik Kopi di kawasan Sumbergedor, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (18/8), menjadi atraksi menarik bagi wisatawan.
Ratusan pengunjung menyaksikan langsung proses pengolahan kopi rakyat secara manual dalam Festival Petik Kopi, mulai dari memetik kopi, roasting manual hingga pemisahan biji kopi dengan kulit.
Wisatawan asal Utrecht, Belanda, Emilio, yang hadir dalam kegiatan ini mengaku, kendati dirinya sebagai penikmat kopi, namun baru mengetahui bentuk pohon kopi dan cara pengolahan kopi secara manual setelah berkunjung ke Banyuwangi.
"Saya baru tahu bentuk pohon kopi ya sekarang ini. Kalau di Belanda, saya pakai mesin roasting, namun di sini saya mencoba secara manual tanpa mesin, tak heran bila kopi mahal, ternyata pengolahannya butuh proses yang panjang," ujar Emilio.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam festival itu mengapresiasi inisiatif warga Gombengsari yang menggelar festival untuk mempromosikan wisatanya.
Menurut Anas, prakarsa Festival Petik Kopi ini menunjukkan semangat warga dalam menjadikan tempat tersebut sebagai tempat wisata.
"Pemkab akan mendukung ide ini, apalagi ada bangunan bersejarah yang berdiri di dalamnya, ini merupakan potensi destinasi baru yang besar, tidak hanya agrowisata, namun ada wisata heritage di dalamnya," kata Bupati Anas.
Pelaksanaan kegiatan Festival Petik Kopi ini berada di kawasan perbukitan yang sejuk, dan di sekelilingnya terdapat perkebunan kopi, sehingga menambah keindahan kawasan ini.
Camat Kalipuro, Henry Suhartono mengatakan festival ini biasanya digelar di lingkungan Lerek, dan pada tahun ini dilaksanakan di Sumbergedor, karena warga ingin menjadikan Sumbergedor sebagai lokasi wisata.
"Selain lokasinya yang sejuk, tempat ini juga dikenal ada bangunan bersejarah, yakni tempat penyimpanan airnya adalah bangunan peninggalan Belanda. Warga ingin mengangkat kawasan ini sebagai destinasi dan dikenal lebih luas," ujar Henry.
Sumber mata air Sumbergedor memasok 80 persen kebutuhan air bersih di Banyuwangi, sumber air ini telah dikenal sejak zaman Kolonial Belanda. Hal ini dibuktikan dengan bangunan tempat penyimpanan airnya yang dibangun Belanda sejak 1927.