Tulungagung (ANTARA) - Pelaku usaha kecil menengah (UKM) keripik pisang di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku pisang dengan harga terjangkau.
Bambang Cahyono, salah satu pelaku UKM keripik pisang di Desa Sobontoro, Tulungagung, Sabtu, mengungkapkan stok pisang kipas atau byar untuk usahanya kini sulit didapat.
Jikapun ada, biasanya jumlah sangat terbatas dan sudah di tangan pedagang.
"Harga pisang di tangan pedagang ini sudah tinggi, sekitar Rp7.000 per kilogram," kata Bambang.
Harga pembelian pisang di kisaran Rp7.000 per kilogram itu, menurut Bambang, sudah terlalu tinggi. Jauh di atas harga normal yang biasanya dia dapat di kisaran Rp6.000 per kilogram atau ambang batas toleransi tertinggi Rp6.500 per kilogram.
"Kalau lebih dari itu kami tidak bisa menjual keripik pisang olahan, karena marginnya hampir tidak ada. Harga bahan baku naik, tapi harga keripik olahan tetap. Kalah kita," kata Bambang.
Bambang menduga selain panenan pisang kipas turun, permintaan buah pisang jenis kipas atau buat menjelang Ramadhan 1440 H ini naik tajam.
Akibatnya, stok di tingkat petani sulit didapat dan harganya merangkak naik.
"Ya daripada rugi sementara kami hentikan produksi dan fokus menghabiskan stok yang ada," katanya.
Harga keripik pisang di UKM "Yo'iye" milik Bambang saat ini dipatok Rp45.000 per kilogram.
Bambang bersama istrinya merintis usaha keripik pisang sejak tiga bulan terakhir setelah mendapat jaminan pasar penjualan ke wilayah Wonogiri dan sejumlah darah di Provinsi Jawa Tengah.
Tak hanya mencari bahan baku sendiri ke desa-desa di pesisir selatan Tulungagung, Trenggalek, Blitar dan Pacitan, Bambang juga mengolah dan mengemasnya di ruang garasi mobil rumahnya yang ada di lingkungan perkotaan, yang disulap menjadi dapur produksi keripik pisang "Yo'Iye" yang mulai diminati pasar.
UKM keripik pisang di Tulungagung kesulitan bahan baku
Sabtu, 18 Mei 2019 22:30 WIB