Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan perkembangan Kota Pahlawan, Jatim yang terus berinovasi menuju kota "Sustainable Development Goals" (SDGs) dalam ajang "The Guangzhou International Award 2018" di Guangzhou, China, Kamis.
Dalam keterangan pers dari Humas Pemkot Surabaya yang diterima Antara , Jumat, menyebutkan Risma pada kesermpatan itu mengatakan pada 2003, Surabaya mengalami masalah besar sampah. Saat itu, Surabaya dikenal sebagai kota yang panas, kering, dan sering banjir selama musim hujan. Hampir 50 persen dari total wilayah Surabaya banjir pada waktu itu.
"Mengatasi masalah ini, kami mengajak partisipasi masyarakat yang kuat untuk bekerja bahu membahu dengan pemerintah kota dalam melakukan pengelolaan limbah," kata Risma di hadapan 400 juri dan 14 finalis The Guangzhou International Award 2018.
Alasan mengajak partisipasi masyarakat, menurut Risma karena Kota Surabaya memiliki masalah besar untuk diselesaikan, tetapi dengan anggaran terbatas yang tersedia.
Oleh karena itu, pihaknya kemudian menciptakan berbagai macam program dan kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini, agar tidak membebani anggaran lokal, di antaranya yakni mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta bersama pemerintah mengatasi permasalahan sampah.
"Warga mulai diajarkan bagaimana mengelolah sampah secara mandiri, yang berkonsep pada 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Partisipasi publik yang kuat menjadi faktor utama keberhasilan Kota Surabaya dalam mengatasi permasalahan sampah," ujarnya.
Metode pengomposan sederhana dengan biaya rendah juga diperkenalkan ke masyarakat dengan menggunakan keranjang Takakura di setiap rumah. Bahkan, warga mulai diajak mendirikan bank sampah, dimana orang dapat menjual sampah anorganik mereka secara teratur dan menarik uang ketika mereka membutuhkannya.
Banyak bahan dari sampah yang digunakan kembali sebagai dekorasi kampung, pot bunga, pohon natal, dan sebagainya. Orang-orang juga mendaur ulang sampah anorganik menjadi produk yang bernilai ekonomis untuk dijual dan mendapatkan penghasilan tambahan.
Ia mengatakan Surabaya juga bekerja sama dengan mitra internasional dalam metode pengelolaan limbah, termasuk Kota Kitakyushu untuk pengomposan dan pemilahan sampah, serta Swiss untuk penggunaan lalat hitam dengan tujuan mengurangi sampah organik.
"Metode lalat hitam dilaksanakan di tingkat rumah tangga. Sementara pengomposan, dilaksanakan di tingkat kelurahan dan kota," katanya.
Wali Kota Risma menuturkan, untuk mengatasi masalah lingkungan, Pemkot Surabaya juga membangun waduk-waduk sebagai resapan air selama musim hujan dan berfungsi sebagai cadangan air selama musim kemarau.
Sebanyak 58 waduk, lanjut dia, telah diciptakan dan 28 ribu hektare hutan bakau sedang dikonservasi di wilayah pesisir timur. "Pembangunan waduk dan konservasi hutan bakau ini sangat penting untuk melindungi kota dari banjir," katanya.
Selain itu, Risma menyampaikan Pemkot Surabaya juga melakukan penanaman ribuan pohon untuk membuat 45.23 hektare hutan kota dan 420 taman kota yang tersebar di seluruh wilayah Surabaya.
Pembangunan tidak hanya di pusat kota, tetapi juga di daerah padat penduduk. Sebagai hasilnya, masyarakat dapat menikmati peningkatan indeks kualitas udara dan air, mengurangi volume limbah rumah tangga, mengurangi area banjir dari hampir 50 persen menjadi hanya 2 hingga 3 persen, penurunan tingkat penyakit dan penurunan suhu rata-rata 2 derajat celcius.
"Semua program ini sangat terkait dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 3, 6, 7, dan yang paling penting SDG 11, yaitu membuat kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan," katanya.
Usai menyampaikan presentasinya, beberapa finalis mengapresiasi paparan dari Risma, di antaranya finalis asal Repentigny, Kanada dan Sydney, Australia. Mereka pun mengapresiasi sosok kepemimpinan Wali Kota Risma yang mampu mendorong masyarakatnya untuk ikut serta membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah.
Surabaya menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang menjadi finalis The Guangzhou International Award 2018. Dalam ajang ini, Surabaya berkompetisi dengan 14 kota lain. Yakni, Sydney (Australia), Repentigny (Canada), Milan (Italy), eThekwini (South Africa), Guadalajara (Mexico), Utrecht (Netherlands), New York (USA), Yiwu (China), Santa Ana (Costa Rica), Kazan (Russia), Mezitli (Turkey), Santa Fe (Argentina), Salvador (Brazil), dan Wuhan (China).
Diketahui Kota Surabaya, Jawa Timur berhasil mendapatkan peringkat pertama dalam "voting" atau pemungutan suara secara daring untuk kota favorit dalam ajang penghargaan bergengsi dunia "The 4th Guangzhou International Award for Urban Innovation".
Pemungutan suara yang ditutup 7 Desember 2018 pukul 15.00 WIB, Kota Surabaya memimpin di peringkat pertama dengan jumlah 1.505.535 suara disusul peringkat kedua Kota Yiwu, China 1.487.512 suara dan peringkat ketiga Kota Sante Fe, Argentina 863.151 votes. Sementara untuk penilaian akhir pemenang akan diumumkan pada Jumat malam ini. (*)
Risma Paparkan Kota Surabaya di Ajang Guangzhou Award 2018
Jumat, 7 Desember 2018 19:45 WIB
Mengatasi masalah ini, kami mengajak partisipasi masyarakat yang kuat untuk bekerja bahu membahu dengan pemerintah kota dalam melakukan pengelolaan limbah