Surabaya (Antaranews Jatim) - Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Jawa Timur Isdarmawan Asrikan mengatakan kenaikan nilai tukar memengaruhi biaya logistik pelabuhan, khususnya biaya penanganan angkutan.
"Sebab saat ini tarif proses di pelabuhan menggunakan tarif dolar meski pembayarannya sudah menggunakan mata uang rupiah," kata Isdarmawan dikonfirmasi di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan, komponen biaya logistik kini masuk harga produk sebesar 25 persen, atau lebih tinggi dibanding sebelumnya.
"Otomatis bila biaya logistik tinggi, harga produk lebih tinggi. Ada kenaikan harga yang akhirnya pilihan kembali ke konsumen, apakah ambil tetap di harga tinggi atau menunggu harga turun," tuturnya.
Ia mengaku akibat kenaikan itu ada pengusaha yang menahan untuk belanja, khususnya bila produk tersebut menggunakan bahan baku impor yang sudah pasti harga akan naik lagi.
"Namun, memang tidak begitu besar karena belanja bahan baku umumnya jangka panjang. Tiga bulan sekali atau enam bulan sekali. Bila saat ini nilai tukar sedang tinggi, bisa ditahan untuk tidak belanja bahan baku impor dulu," katanya.
Ia menjelaskan, imbas lain adanya kenaikan harga produk lokal, ekspor dan produk berbahan baku impor yang diproduksi dari saat nilai tukar tinggi.
Ia berharap fluktuasi nilai tukar ini tidak terjadi secara drastis.
"Baik turun maupun naik. Kami (pengusaha) butuh stabil di kisaran berapa ke berapa untuk memberi kepastian dalam mengambil langkah bisnis," katanya.
Sementara itu, nilai tukar yang hampir Rp14 ribu per dolar menguntungkan pengusaha ekspor dan memberi dampak positif bagi eksportir.
Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Nur Cahyudi mengatakan bagi eksportir produk dengan bahan baku impor bisa dapat untung karena sebelumnya dapat belanja bahan baku dengan harga di bawah dolar yang saat ini.
"Eksportir dengan bahan baku lokal juga sudah pasti untung besar," katanya.
Nur mengaku, pengusaha sebenarnya saat ini masih menunggu kepastian nilai tukar untuk bisa mengambil langkah usaha.
"Kami perlu yang stabil untuk bisa mengambil langkah bisnis. Kalau fluktuasinya drastis akan berat," katanya.(*)