Trenggalek (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mencanangkan gerakan bebas anemia sebagai upaya mendorong produktivitas kinerja warganya sekaligus meminimalkan kelahiran bayi dengan pertumbuhan abnormal.
"Ini salah satu penyebabnya adalah anemia. Kami sedang mengupayakan gerakan Trenggalek Bebas Anemia ini dengan melibatkan seluruh jajaran layanan kesehatan hingga tingkat puskesmas dan desa, juga di lingkungan sekolah-sekolah," kata Plt Sekda Trenggalek Kusprigianto di Trenggalek, Sabtu.
Kendati tak menyebut data spesifik, Kuspri yang mengacu data dinas kesehatan setempat mengatakan, faktor anemia masih menjadi penyebab banyaknya anak dengan pertumbuhan kurang.
Sebenarnya bisa banyak faktor yang bisa mempengaruhi. Namun hasil riset kesehatan menunjukkan bahwa mayoritas riwayat anak dengan pertumbuhan kurang dilatarbelakangi kondisi ibu yang cenderung mengalami masalah anemia sejak kecil/remaja.
Akibatnya, saat masih usia produktif lalu hamil dan melahirkan, bayi yang dilahirkan mengalami masalah kesehatan dan pertumbuhan.
"Setelah di pelajari, salah satu penyebabnya adalah sejak remaja putri sampai menjadi wanita usia subur, hamil hingga melahirkan anak, banyak yang mengalami anemia atau kekurangan darah," kata Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Trenggalek Sugito Teguh di Trenggalek.
Ia lalu menunjukkan data kesehatan warga Trenggalek pada kurun 2017, dimana angka penderita anemia pada remaja putri tercatat mencapai 27 persen.
Artinya, lanjut Sugito Teguh, dari empat remaja putri di Kota Keripik Tempe itu, rata-rata satu di antaranya memiliki masalah anemia.
"Oleh karena itu kami perlu mengadakan sosialisasi dan kampanye seperti ini untuk meningkatkan pengetahuan kepada remaja putri kita, orang tua murid, dan seluruh masyarakat tentang pentingnya tablet tambah darah untuk remaja putri SMA dan SMP, termasuk juga wanita hamil dan ibu-ibu pada usia subur," tutur Teguh.
Senada, Sekda Kusprigianto sepakat pentingnya gerakan bebas anemia bagi warga Trenggalek, khususnya kalangan remaja putri.
Berdasarkan Global Nutrition Report pada tahun 2014, Indonesia termasuk dalam 47 dari 122 negara yang mempunyai masalah anemia pada wanita usia subur.
"Kalau melihat angka prosentase di atas, rasio kasus anemia di Trenggalek juga agak tinggi. Jadi kami berharap peran serta para guru untuk memberikan wawasan kepada remaja putri. Dinkes juga bisa memberdayakan puskesmas-Puskesmas di masing-masing kecamatan untuk memberikan dorongan ke sekolah-sekolah," ujar Kusprigianto.
Tak hanya itu, Pemkab Trenggalek juga berkomitmen menambah sebaran tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan kecamatan-kecamatan yang ada di pelosok.
"Masuknya kita ke program prioritas 2018 bisa menjadi peluang lebih mempercepat lagi penambahan ketersediaan tenaga kesehatan," ucapnya. (*)
Pemkab Trenggalek Canangkan Gerakan Bebas Anemia
Sabtu, 31 Maret 2018 18:34 WIB
"Setelah di pelajari, salah satu penyebabnya adalah sejak remaja putri sampai menjadi wanita usia subur, hamil hingga melahirkan anak, banyak yang mengalami anemia atau kekurangan darah," kata Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Trenggalek Sugito Teguh di Trenggalek.