Bogor (Antaranews Jatim) - Presiden RI Joko Widodo meminta penanganan jangka menengah dalam mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di kabupaten Asmat, Papua.
"Mungkin perlu relokasi terbatas atau memerlukan infrastruktur khusus. Lapangannya saya lihat kemarin, saya kerahkan Panglima TNI, Kapolri untuk semuanya membantu. Bukan jangka pandek, tapi jangka menengahnya harus dilihat," kata Jokowi di Istana Bogor, Selasa.
Presiden didampingi Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Sosial Idrus Marham, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menemui Bupati Asmat Elisa Kambu, Wakil Bupati Nduga Wentius Nimiangge dan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Bupati Asma Elisa Kambu menyampaikan, beberapa lembaga seperti Kementerian Sosial, Mabes TNI, Kantor Sekretariat Presidenan, Kemendagri ditambah dengan Kepolisian telah membantu Pemda Kabupaten Asmat dan melakukan operasi bersama.
Menurut dia, terdapat tiga pekerjaan yang sudah dilakukan oleh tim tersebut, pertama adalah mengobati campak itu sendiri, kedua secara bersamaan melakukan vaksin dan memberikan imunisasi kepada anak-anak yang umurnya di bawah 14 tahun, serta menyiapkan upaya pasca penangangan campak.
Penanganan pasca bencana itu, kata dia, termasuk rencana pendampingan dan pembinaan pasien-pasien khusunya gizi buruk yang membutuhkan waktu lebih lama.
"Campak ditargetkan sebulan ini diselesaikan dan di Asmat perkembangannya sudah kita sisir semua kampung. Dari 224 kampung, kurang lebih 187 yang sudah kita sisir, kemudian sisanya dikerjakan beberapa waktu ke depan," ungkap Elisa.
Presiden, lanjut dia, juga memerintahkan untuk pengerjakan perbaikan lainnya, seperti ketahanan pangan, pelayanan dasar, pembinaan infrastruktur dasar maupun perubahan masyarakat.
Sementara itu, KLB campak dan gizi buruk terjadi di Kabupaten Asmat sejak September 2017, mengakibatkan 68 balita dan anak meninggal dunia.
Pada 1-11 Januari 2018 dilaporkan telah dirawat ratusan pasien yang terkena penyakit campak, 393 orang di antaranya menjalani rawat jalan dan 175 orang di antaranya harus menjalani rawat inap.
Sejumlah kendala yang dialami di Asmat, antara lain minimnya tenaga dokter, yakni hanya 12 dokter dan satu dokter spesialis. (*)