Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini membaca puisi di Balai
Pemuda Surabaya saat menghadiri ulang tahun ke- 45 Komunitas Kesenian
Bengkel Muda Surabaya, Rabu malam.
"Maaf kalau bacanya jelek ya, saya sudah lama tidak baca puisi," katanya.
Risma memilih sebuah puisi secara acak dari buku kumpulan puisi
"Senandung Sanubari" karya penyair Tajuddin Nur yang diterbitkan tahun
2013.
"Judulnya `Ya Muhaimin`," ucap Risma. Lantas mantan Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya itu berdeklamasi layaknya seorang
penyair membacakan puisi `Ya Muhaimin` sampai tuntas, yang mendapat
tepuk tangan dari para hadirin.
Para hadirin yang sebagian besar adalah seniman kemudian meminta Risma untuk membaca sebuah karya puisi lainnya.
Risma menurutinya dengan membacakan puisi berjudul "Sajak malam
14", masih karya penyair Tajuddin Nur, dari buku kumpulan puisi "Narasi
Bening", yang juga diterbitkan di tahun 2013.
Kehadiran Risma pada perayaan Ulang Tahun ke- 45 Komunitas Kesenian
Bengkel Muda Surabaya yang bertempat di Kompleks Balai Pemuda Surabaya
menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap seniman Kota Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, mantan Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya itu meluruskan kontroversi Pemerintah Kota
Surabaya yang belakangan ramai diberitakan akan menggusur Kantor Dewan
Kesenian Surabaya (DKS) dan sekretariat Bengkel Muda Surabaya dari
Kompleks Balai Pemuda, yang selama ini dikenal sebagai tempat
beraktivitas para seniman di Surabaya.
Risma pun menegaskan akan tetap membangun Balai Pemuda menjadi
elit. Namun begitu, dia menjelaskan tetap akan memberi ruang kesenian di
lingkungan Balai Pemuda.
"Ada plaza yang tembus ke Balai Pemuda. Kami sediakan juga ruang untuk panggung kesenian," katanya.
Menurut dia, ide menjadikan Balai Pemuda sebagai kawasan elit
terinspirasi dari tata ruang di Kota New York, Amerika Serikat.
"Saya ingin Surabaya punya tempat pertunjukan kesenian yang elit seperti di New York dan saya yakin pasti bisa," ucapnya.
Intinya, Risma menekankan, jika kesenian mau dijadikan sebagi profesi yang profesional harus dikelola dengan serius.
Kompleks Taman Hiburan Rakyat (THR) di Jalan Kusuma Bangsa Surabaya,
lanjut dia, jika kontraknya dengan Hitech Mall sudah habis, juga akan
difungsikan sebagai pusat pertunjukan kesenian.
Risma ingin ada beberapa lokasi yang berbagi peran untuk
pertunjukan kesenian di Surabaya, semisal Balai Pemuda untuk pertunjukan
kesenian modern dan THR untuk pertunjukan kesenian tradisional. (*)
Pemuda Surabaya saat menghadiri ulang tahun ke- 45 Komunitas Kesenian
Bengkel Muda Surabaya, Rabu malam.
"Maaf kalau bacanya jelek ya, saya sudah lama tidak baca puisi," katanya.
Risma memilih sebuah puisi secara acak dari buku kumpulan puisi
"Senandung Sanubari" karya penyair Tajuddin Nur yang diterbitkan tahun
2013.
"Judulnya `Ya Muhaimin`," ucap Risma. Lantas mantan Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya itu berdeklamasi layaknya seorang
penyair membacakan puisi `Ya Muhaimin` sampai tuntas, yang mendapat
tepuk tangan dari para hadirin.
Para hadirin yang sebagian besar adalah seniman kemudian meminta Risma untuk membaca sebuah karya puisi lainnya.
Risma menurutinya dengan membacakan puisi berjudul "Sajak malam
14", masih karya penyair Tajuddin Nur, dari buku kumpulan puisi "Narasi
Bening", yang juga diterbitkan di tahun 2013.
Kehadiran Risma pada perayaan Ulang Tahun ke- 45 Komunitas Kesenian
Bengkel Muda Surabaya yang bertempat di Kompleks Balai Pemuda Surabaya
menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap seniman Kota Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, mantan Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya itu meluruskan kontroversi Pemerintah Kota
Surabaya yang belakangan ramai diberitakan akan menggusur Kantor Dewan
Kesenian Surabaya (DKS) dan sekretariat Bengkel Muda Surabaya dari
Kompleks Balai Pemuda, yang selama ini dikenal sebagai tempat
beraktivitas para seniman di Surabaya.
Risma pun menegaskan akan tetap membangun Balai Pemuda menjadi
elit. Namun begitu, dia menjelaskan tetap akan memberi ruang kesenian di
lingkungan Balai Pemuda.
"Ada plaza yang tembus ke Balai Pemuda. Kami sediakan juga ruang untuk panggung kesenian," katanya.
Menurut dia, ide menjadikan Balai Pemuda sebagai kawasan elit
terinspirasi dari tata ruang di Kota New York, Amerika Serikat.
"Saya ingin Surabaya punya tempat pertunjukan kesenian yang elit seperti di New York dan saya yakin pasti bisa," ucapnya.
Intinya, Risma menekankan, jika kesenian mau dijadikan sebagi profesi yang profesional harus dikelola dengan serius.
Kompleks Taman Hiburan Rakyat (THR) di Jalan Kusuma Bangsa Surabaya,
lanjut dia, jika kontraknya dengan Hitech Mall sudah habis, juga akan
difungsikan sebagai pusat pertunjukan kesenian.
Risma ingin ada beberapa lokasi yang berbagi peran untuk
pertunjukan kesenian di Surabaya, semisal Balai Pemuda untuk pertunjukan
kesenian modern dan THR untuk pertunjukan kesenian tradisional. (*)
Video Oleh Hanif Nasrullah