Jombang (Antara Jatim) - Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menilai kampus sangat berperan untuk ikut mendorong kemajuan industri minyak dan gas bumi, menyusul semakin lesunya industri ini.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim Handoko Teguh Wibowo mengemukakan masyarakat saat ini cenderung mengalami truma, terlebih lagi sejak kasus lumpur Sidoarjo. Bahkan, akibat kasus tersebut industri minyak dan gas bumi cenderung lesu serta kurang bergairah.
"Resistensi dan trauma masyarakat terhadap industri migas seringkali dikaitkan dengan kasus semburan lumpur panas tersebut," ujar Handoko saat menghadiri kuliah umum industri hulu migas di Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Rabu.
Menurut dia, selain trauma dan resistensi, terdapat faktor regulasi, sosial, politik dan lingkungan, sehingga industri minyak dan gas bumi menjadi lesu. Peran kampus dinilai juga sangat besar. Kampus merupakan salah satu agen perubahan, sehingga diharapkan ada sumbangsih pemikiran untuk memecahkan kebuntuan serta lesunya industri minyak dan gas bumi tersebut.
"Di sinilah peran kampus sebagai agen perubahan menjadi penting untuk mendorong kemajuan industri migas dalam konteks pembangunan berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut, Handoko mengatakan Kabupaten Jombang sebenarnya memiliki potensi migas yang relatif besar. Salah satu indikasinya, di sekitar wilayah PT Kimia Farma di Watudakon, adanya potensi gas. Bahkan, PT Lapindo Brantas sebagai pemilik wilayah kerja juga sudah melakukan beberapa studi yang cukup mendalam.
Sementara itu, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Masyhar yang juga hadir dalam kuliah umum tersebut menambahkan, pihaknya memang sengaja melakukan sosialisasi pada kampus, dengan harapan generasi muda ke depan semakin paham tentang migas di Indonesia.
"Untuk Jatim, faktor santri dan nahdliyin sangat penting. Karena itu, kami merasa perlu memberikan informasi tentang industri migas di kalangan santri," katanya.
Rektor Unhasy Tebuireng, Kabupaten Jombang, KH Salahuddin Wahid mengungkapkan, kuliah umum tersebut merupakan forum kedua mengenai pengenalan industri migas bagi universitas yang dipimpinnya. Forum pertama telah berlangsung sekitar 5-6 tahun lalu, dengan dihadiri Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh, yang ditindaklanjuti dengan pengiriman sejumlah mahasiswa untuk mengikuti kursus pengelasan di bawah laut.
Cucu KH Hasyim Asy'ari itu berharap, forum tersebut dapat memberikan informasi dan pencerahan bagi kalangan kampus dan santri untuk lebih mengenal industri migas. Selain itu, diharapkan ke depan ada santri dari kampus ini yang berhasil masuk di industri migas, sehingga ke depan juga bisa berbagi ilmu pada santri lainnya.
"Kami berharap forum tersebut akan ada tindak lanjutnya. Dan, mudah-mudahan juga ada dari santri ataupun mahasiswa yang kemudian bergabung di industri migas," harap Gus Sholah.
Kegiatan itu diikuti sekitar 500 mahasiswa Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) dan santri dari Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. Mereka juga sangat antusias mengikuti kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang industri hulu migas kepada kalangan mahasiswa dan santri tersebut. (*)