Sidoarjo (Antara Jatim) - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) siap untuk mengembangkan industri persepatuan melalui penandatanganan nota kesepahaman tentang industri tersebut.
Wakil Rektor 3 Unusa, Ima Nadatien, Senin mengatakan, melalui kerjasama ini, ke depan Unusa dan BPIPI bisa saling melengkapi perkembangan dan kemajuan terhadap kualitas pendidikan, khususnya perindustrian persepatuan.
"Secara garis besar kerja sama ini akan menjadi lahan praktik bagi dosen Akuntansi dan Manajemen Unusa," katanya usai penandatanganan nota kesepahaman pada kegiatan Workshop E-Smart IKM di salah satu hotel di Sidoarjo.
Ia mengemnukakan, dalam kerja sama tersebut nantinya ada "sharing" aset dan sumberdaya manusia akan banyak mendukung perkembangan akademik dan ilmu pengetahuan sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.
"Tindak lanjut dari kerjasama Unusa dan BPIPI ini secara riil akan dilakukan oleh setiap Fakultas yang ada di Unusa, khususnya untuk meningkatkan tri dharma perguruan tinggi," katanya.
Sementara pada kesempatan yang sama, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih meyampaikan, pada kegiatan workshop E-Smart IKM tersebut dilakukan untuk mendukung ekonomi digital.
"Semestinya pelaku IKM nasional segera memanfaatkan peluang tersebut untuk menjangkau konsumen semakin besar," katanya.
Ia mengatakan, ponsel yang digunakan untuk telepon, sms, whatsapp dan medsos harusnya bisa dimanfaatkan untuk jual produk.
"Dengan adanya marketplace, IKM punya wadah lain untuk promosi dan jualan," ujarnya.
Di samping itu, menurut Gati, pelaku IKM harus memiliki strategi baru untuk memasarkan produk dengan efektif sekaligus rendah biaya.
"Kami telah memfasilitasi akses pembiayaannya melalui KUR, meningkatkan keterampilan pemilik IKM melalui berbagai pelatihan teknis dan pendampingan tenaga penyuluh lapangan," ujarnya.
Dalam aspek pemasaran, pelaku IKM dalam negeri juga telah diberi kesempatan untuk mempromosikan produknya lewat beragam kegiatan pameran di Plasa Pameran Industri, Gedung Kemenperin, Jakarta.
"Jika produknya diminati masyarakat, IKM tersebut bisa 'naik kelas' ke pameran nasional dan produk terunggul, bahkan diberikan kesempatan untuk merangkul konsumen internasional melalui pameran di luar negeri," ujarnya.
Workshop e-Smart IKM yang dilaksanakan pada 25-26 September 2017 di Sidoarjo, melibatkan sebanyak 125 pelaku IKM dari sektor makanan dan minuman, furniture, logam, serta fesyen.
Sebelumnya, workshop dilaksanakan di Bandar Lampung, diikuti sekitar 30 pelaku IKM dari sektor pangan. Sementara itu, workshop serupa diadakan di Palembang, melibatkan 40 pelaku IKM dari sektor sandang dan kerajinan sebagai peserta.(*)