Sumenep (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, optimistis jumlah desa yang mengalami kekeringan atau kesulitan air bersih pada masa kemarau tahun ini akan berkurang.
"Selama 2014 hingga 2016, kami bersama instansi terkait di pemerintah daerah memprogramkan pengeboran air dan pengembangannya berupa pipanisasi," kata Kabid Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat BPBD Sumenep, R Syaiful Arifin di Sumenep, Rabu.
Sesuai hasil inventarisasi pada 2014, terdapat 64 desa di Sumenep yang berstatus wilayah kering atau sebagian warganya sering kali kesulitan memperoleh air bersih.
Rinciannya: sebanyak 44 desa berstatus desa kering langka, di antaranya dua desa di Kecamatan Batang Batang; dan 20 desa kering kritis, di antaranya tiga desa di Batu Putih.
"Kalau sesuai data pada 2014, puluhan desa yang masuk kategori desa kering langka dan kering kritis itu tersebar di 17 kecamatan," kata Syaiful, menerangkan.
Ia menjelaskan, pemerintah daerah telah melakukan program pengeboran air dan pipanisasi di desa berstatus rawan kesulitan air bersih tersebut sejak 2014 hingga 2016.
Selain pemerintah daerah, pihak terkait di Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat juga memprogramkan kegiatan serupa di beberapa desa lainnya.
BPBD Sumenep akan segera berkoordinasi ulang dengan pimpinan instansi terkait lainnya di pemerintah daerah untuk mengetahui jumlah pasti desa yang belum dan sudah menjadi sasaran program pengeboran air selama tiga tahun belakangan ini.
"Setelah ada data nantinya akan kami lanjutkan dengan verifikasi ulang di lapangan. Hasilnya bisa menjadi bahan atau pedoman awal pemetaan desa berpotensi kekeringan atau kesulitan air bersih pada tahun ini," ujarnya.
Syaiful juga mengemukakan, sesuai hasil perkiraan dari BMKG, awal masa kemarau pada tahun ini diperkirakan pada Mei. (*)