Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah pedagang di Pasar Ngemplak, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengaku penjualan cabai impor mengalami kenaikan sekitar 50 persen, menyusul tingginya harga cabai lokal beberapa pekan terakhir ini.
"Jika dulu pengecer hanya beli cabai lokal, kini uang belanja biasanya dibagi dua. Separuh untuk belanja cabai lokal, dan sebagian lain untuk stok cabai impor," tutur Bagiyo, pedagang sembako di Pasar Ngemplak, Tulungagung, Senin.
Menurut dia, tren itu meningkat terutama sejak harga cabai lokal terus membumbung dari Rp60 ribu per kilogram hingga sekarang tembus di kisaran Rp120 ribu per kilogram.
Ia mengakui pembelian cabai impor memang tidak favorit bagi konsumen, namun penjualan tetap meningkat karena sebagian digunakan untuk campuran masakan.
"Konsumen langsung maupun pengecer sekarang keberatan dengan harga cabai lokal. Kalau memaksakan beli yang lokal anggaran belanja tidak cukup, jadi harus dibagi, dan itu yang menyebabkan minat cabai impor sekarang naik hampir 50 persen," ujarnya.
Tidak hanya di Tulungagung, penjualan cabai impor juga marak di sejumlah pasar tradisional di Trenggalek.
Di Pasar Basah Kota Trenggalek, misalnya beberapa pedagang pracangan selalu menyediakan cabai impor kering dari India, China, dan Vietnam dengan harga antara Rp60 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram.
"Kendati tidak selaris komoditas lokal, cabai kering itu justru membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," kata Siti, pedagang sembako di Pasar Basah Trenggalek.
Dikonfirmasi mengenai peredaran cabai impor tersebut, Kabag Humas Pemkab Tulungagung Sudarmaji mengatakan jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat telah melakukan pengawasan secara acak terhadap komoditas impor yang masuk pasar tradisional.
"Informasi yang kami dapat memang benar jika ada cabai impor yang masuk ke Tulungagung. Masyarakat saat ini sangat membutuhkan adanya cabai tersebut," ujarnya. (*)