Bogota, Kolombia (Antara) - Penyelidikan awal mengonfirmasi bahwa pesawat yang bulan lalu jatuh di wilayah pegunungan Kolombia sehingga menewaskan 71 orang termasuk anggota kesebelasan tim sepak bola Brasil kehabisan bahan bakar.
Pesawat charter maskapai LaMia tersebut jatuh di luar Medellin pada 28 November, menewaskan seluruh anggota tim sepak bola Chapecoense Real yang sedang dalam perjalanan untuk memainkan laga terpenting dalam sejarah mereka.
Freddy Bonilla, kepala otoritas penerbangan sipil Kolombia, mengatakan penyelidikan mengindikasikan jet British Aerospace 146 jet itu kehabisan bahan bakar.
Itu menjadi teori utama mengenai penyebab kecelakaan sejak rekaman data penerbangan mengungkap pilot melapor kepada menara pengendali penerbangan bahwa pesawat mengalami kondisi darurat bahan bakar.
Pilot "menyadari keterbatasan bahan bakar yang mereka miliki waktu itu. Tidak cukup atau memadai," kata Bonilla sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Namun, menurut dia, pilot tidak melaporkan situasi bahaya hingga beberapa menit sebelum pesawat jatuh.
Pesawat itu juga kelebihan muatan sekitar 500 kilogram, tetapi itu tampaknya tidak punya peran "menentukan" menurut Bonilla.
Menurut otoritas penerbangan sipil, pilot meminta prioritas untuk mendarat pukul 21.49 waktu setempat karena masalah bahan bakar. Mereka mulai turun sebelum menerima izin.
Pukul 21.58 salah satu mesinnya berhenti. Tiga menit kemudian keempat mesinnya mati.
Pesawat menyatakan keadaan darurat pukul 21.57 karena "gagal listrik total", kemudian menghilang dari radar. Semenit kemudian pilot turun ke 9.000 kaki -- 1.000 lebih rendah dari ketinggian minimum untuk daerah itu.
Pukul 21.58 pesawat menghantam Gunung Cerro Gordo dengan kecepatan 115 knot atau sekitar 209.215 kilometer per jam. (*)