Surabaya (Antara Jatim) - Badan Pemberdayaan Ekonomi dan Masyarakat Keluarga Berencana (Bapemas KB) Kota Surabaya mempunyai program baru berupa pembekalan bagi calon pengantin, sebagai bagian dari upaya mencegah terjadinya kekerasan pada anak.
"Pembekalan kepada calon pengantin ini tujuannya agar calon pengantin yang akan memasuki dunia baru yakni berkeluarga, bisa lebih siap," kata Kepala Bapemas KB Kota Surabaya Nanis Chairani seusai media gathering bertema kegiatan penanganan anak di Pemkot Surabaya, Jumat.
Menurut dia, program pembekalan kepada pasangan yang akan menikah tersebut bekerja sama dengan Kementrian Agama. Nantinya, pelaksanaan pembekalan untuk calon pengantin itu akan dilaksanakan di kantor KUA ataupun di kantor kecamatan. Teknis pelaksanaannya, para calon pengantin yang nantinya terdaftar di KUA, bisa untuk diikutkan pada pembekalan ini.
"Nantinya kami akan sharing program dan materi dengan KUA yang akan disampaikan untuk calon pengantin," katanya.
Nanis menjelaskan materi yang diberikan bisa dari sisi agama dan juga sosial. Dengan adanya pembekalan tersebut, diharapkan pengantin baru lebih siap untuk berkeluarga. Siap dalam artian tidak hanya membayangkan senang-senangnya saja pasca menikah, tetapi memahami bahwa ada kewajiban dan tugas yang mungkin nanti terasa berat.
"Harapannya supaya menguatkan mereka dalam memasuki dunia baru. Bahwa ini bukan main-main tetapi punya tanggung jawab besar. Apalagi bila mempunyai anak. Ketika mereka ada masalah, jangan kemudian langsung memutuskan bercerai. Coba ingat-ingat kembali indahnya masa pacaran sehingga ada kesadaran untuk melewati masalah bersama-sama.
Ia mengatakan Bapemas KB merasa perlu untuk melakukan pembekalan yang nantinya sifatnya semi wajib bagi penganti baru ini, salah satunya merujuk pada angka perceraian yang cukup tinggi.
Apalagi, lanjut dia, berdasarkan penelusuran Bapemas KB, ketika ada kasus kekerasan pada anak, ternyata muaranya karena keluarga yang tidak harmonis. Karenanya, dengan semua pasangan yang akan menikah mendapatkan pemahaman, angka perceraian dan kekerasan pada anak itu bisa berkurang.
Memang, lanjut dia, selama ini sudah ada calon pengantin yang mendapatkan pemahaman seperti ini. Namun, Nanis berharap program seperti itu bisa lebih menyeluruh. "Pada beberapa kasus pada anak, itu terjadi karena broken home yang diawali perceraian," ujarnya.
Selain memberikan pembekalan pada calon pengantin, lanjut dia, Bapemas KB juga akan melakukan pendekatan langsung kepada orang tua demi mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak.
Selama ini, lanjut dia, Bapemas KB sebenarnya sudah memberikan wawasan kepada para kader dengan harapan wawasan tersebut kemudian disebarluaskan. "Tapi itu kurang efektif. Karena itu, kami coba langsung kepada keluarga. Teknisnya kami akan menyasar keluarga rentan yang mulai ada masalah," katanya.
Terkait penanganan anak di Surabaya, Pemkot Surabaya selama ini sudah punya beberapa program melalui SKPD terkait, misalnya Satpol PP rutin melakukan razia di tempat seperti kafe atau warnet ketika jam-jam sekolah.
Lalu Dinas Pendidikan memiliki program konselor sebaya agar para siswa lebih terbuka menceritakan masalahnya kepada sesama teman. "Ini (konselor sebaya) sudah jalan tiga tahun. Kami juga melibatkan LSM, BNN dan psikiater," katanya. (*)