Jakarta, (Antara) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan alasan dipilihnya perusahaan minyak asal Rusia Rosneft sebagai rekanan Pertamina membangun kilang Tuban, Jawa Timur adalah karena mereka tidak banyak permintaan.
"Mereka hanya minta garansi untuk kontrak jangka panjang. Bisnis kilang minyak kalau tidak puluhan tahun memang sulit untuk untung," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Konvensi dan Pameran ke-40 Indonesian Petroleum Association (IPA), Jakarta, Jumat.
Menurut Djoko, yang turut ke Rusia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman Pertamina-Rosneft, perusahaan multinasional tersebut tidak mengajukan permintaan "macam-macam" seperti yang lazimnya dilakukan oleh para calon investor.
Contohnya, lanjut dia, permintaan itu seperti pembebasan pajak ("tax holiday") dan pengembalian investasi atau "internal rate of return" (IRR) lebih besar dari yang ditentukan.
"Itu yang membuat kilang minyak sulit dibangun," tutur Djoko.
Sebelumnya, Pertamina dan Rosneft telah menandatangani kerja sama pembangunan kilang sekaligus industri petrokimia di Tuban, Jawa Timur.
Proyek itu bernilai investasi di kisaran 12 hingga 13 miliar dolar AS, dengan 55 persen ditanggung Pertamina, yang menjadikannya sebagai salah satu proyek terbesar di Indonesia.
Kilang di Tuban sendiri ditargetkan selesai pada 2021 dengan peletakan batu pertama diproyeksikan pada tahun 2018 dan dapat menghasilkan 300 ribu barel minyak mentah perhari.
Ditambah lagi, Rosneft juga mempersilakan Pertamina untuk membangun industri hulu di tiga blok milik Rosneft di Rusia. Dari sana, Pertamina menargetkan 35.000 barel minyak mentah perhari dan kesepakatan lokasi blok dilakukan dalam beberapa bulan ke depan.(*)
ESDM: Rosneft di Tuban karena Sedikit Permintaan
Jumat, 27 Mei 2016 21:13 WIB