MAMUK PERINGATI SATU DEKADE LAPINDO LEWAT FOTO
Oleh Indra Setiawan
Surabaya (Antara Jatim) - Fotografer senior Mamuk Ismuntoro memperingati satu dekade peringatan semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, lewat karya seni fotografi dokumenter yang ditampilkan dalam diskusi foto di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
"Memotret dokumenter itu memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi karena fotografer itu harus jeli melihat situasi dan kondisi yang akan dipotret," katanya saat melakukan diskusi foto satu dekade luapan Lumpur Lapindo bertajuk "Tanah Yang Hilang" di UKWMS, Jumat.
Pada peringatan satu dekade lumpur ini, dirinya sengaja ingin mempublikasikan foto-foto yang tidak pernah diketahui khalayak umum sebelumnya.
"Bahkan, foto-foto yang saya tampilkan ini berbeda dengan foto-foto jurnalistik yang sudah pernah ditampilkan sebelumnya," kata founder dari Matanesia Community itu.
Ia ingin menampilkan foto-foto yang berbeda dari biasanya. "Jika media-media pada umumnya menampilkan foto-foto semburan lumpur, maka saya menampilkan kehidupan warga masyarakat, terutama yang berada di wilayah yang akan ditinggalkan," katanya.
Salah satunya di Desa Mindi, Porong yang saat ini dihuni oleh sedikit warga masyarakat yang akan meninggalkan tempat tinggal mereka.
"Selain itu, juga ditampilkan foto sekolah di Jatirejo yang dihuni oleh satu keluarga untuk menjaga sekolah tersebut, meskipun sekolah itu sudah tidak ditempati lagi," katanya.
Ia mengatakan, ada salah satu foto yang ditampilkan tersebut merupakan foto refleksi dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2016.
"Ini yang disebut dengan tantangan terberat dalam menampilkan foto dokumenter. Secara foto memang sederhana, tetapi cerita yang ada di dalamnya itu yang harus bisa menceritakan kondisi foto itu seperti apa," katanya.
Dalam kegiatan ini juga diluncurkan buku satu dekade semburan lumpur Lapindo yang berisi tentang foto-foto yang bercerita tentang kondisi semburan lumpur Lapindo dari dulu sampai dengan sekarang ini.
"Kami berharap apa yang sudah dilakukan ini bisa mengetuk hati masyarakat, karena peristiwa bencana besar tentang lingkungan itu pernah ada," katanya. (*)