Beijing, (Antara/Reuters) - China dan Rusia mendesak Amerika Serikat, Jumat, tidak memasang sistem baru antipeluru kendali di Korea Selatan setelah Washington menyatakan sedang membahas dengan Seoul terkait pembangunan senjata nuklir dan uji coba rudal oleh Korea Utara.
AS dan Korsel mulai membicarakan kemungkinan pemasangan sistem Terminal Pertahanan Area Dataran Tinggi (THAAD) setelah Korea Utara melakukan uji coba bom nuklir keempat pada 6 Januari lalu dan uji coba rudal.
Uji coba nuklir dan peluncuran rudal merupakan pelanggaran resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa yang dilakukan oleh Korea Utara yang didukung oleh Rusia dan China.
Para pejabat AS dan Korea Selatan menyatakan keprihatinannya bahwa Korea Utara berupaya melakukan uji coba nuklir kelima menjelang kongres Partai Pekerja yang akan dimulai pada 6 Mei.
orea Utara melakukan uji coba menembakkan apa yang diduga sebagai dua rudal balistik jarak menengah, Kamis (28/4), namun keduanya gagal, kata pihak militer AS.
Berbicara dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menlu China Wang Yi menyatakan bahwa AS harus menghormati "keprihatinan beralasan" dari China dan Rusia atas sistem rudal tersebut.
"Langkah ini melampaui kebutuhan pertahanan yang relevan dengan beberapa negara, Jika sistem tersebut dipasang, maka akan berdampak langsung terhadap strategi keamanan China dan Rusia," ujar Wang.
"Hal itu tidak hanya mengancam resolusi isu nuklir di Semenanjung, melainkan juga sangat mungkin menyiram minyak di atas api yang meningkatkan ketegangan, dan bahkan menghancurkan keseimbangan strategi di Semenanjung," katanya menambahkan.
Tindakan Korea Utara tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk mengambil keputusan yang dapat meningkatkan ketegangan, terutama pemasangan sistem antirudal oleh AS, kata Lavrov sebagaimana diterjemahkan dalam bahasa Mandarin.
Kampanye Korea Utara untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklirnya menimbulkan kecaman dari China sebagai satu-satunya mitra diplomatik dan ekonomi Pyongyang.
Namun, Beijing khawatir THAAD dan radarnya memiliki jangkauan yang bisa diperluas hingga melampaui Semenanjung Korea dan mencapai China.
Presiden China Xi Jin-ping, Kamis (28/4) menyatakan bahwa Beijing tidak akan mengizinkan peperangan dan kekacauan meletus di Semenanjung Korea.(*)