Bojonegoro (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, mengatakan bahwa Jawa Timur, memiliki sejumlah isu yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, bahkan bisa menimbulkan konflik sosial yang meluas.
"Isu potensi kerawanan sosial yang masih ada di Jawa Timur itu, dibutuhkan pemecahan yang tepat," katanya, di Bojonegoro, Senin.
Dalam acara Forum Silahturahmi Bidang Kemahasiswaan PTN dan PTS se-Jawa Timur, ia menjelaskan masih ada masyarakat yang memiliki paham radikal bawah NKRI merupakan jalan yang salah, untuk memakmurkan masyarakat.
Oleh karena itu, lanjut dia, mereka kemudian membuat kelompok, antara lain, Jamaah Ansharut Tauhid, Jamaah Syariah, juga yang lainnya.
Ia juga memberikan contoh konflik sosial yang pernah terjadi di Jawa Timur, yaitu perselisihan antara warga Sunni dan Syiah di Sampang.
"Meskipun ketika itu sudah ada pengawalan dari petugas kepolisian, dan TNI, tapi konflik di masyarakat tetap terjadi," katanya.
Ia juga menyebutkan potensi kerawanan sosial lainnya, antara lain, kasus lumpur Lapindo, perselisihan buruh, konflik tanah antara warga dengan perusahan, bahkan juga dengan TNI dan konflik suporter bola.
"Di berbagai daerah di Jawa Timur, semuanya memiliki potensi bencana," ucapnya.
Bupati Bojonegoro Suyoto menjelaskan isu di daerahnya yang sekarang ada terkait dana bagi hasil (DBH) migas yang direncanakan akan disisihkan sebagai dana abadi.
Oleh karena itu, ia meminta kalangan akademisi mengkaji dana abadi dari sektor migas di daerahnya, yang masih menjadi perdebatan, karena tidak ada ketentuan yang mengatur.
Di satu pihak, lanjut dia, perolehan dana bagi hasil (DBH) migas harus langsung dihabiskan, tapi dipihak lainnya bahwa perolehan DBH migas itu, bisa menjadi dana abadi, untuk cadangan dikemudian hari.
"Porolehan dari hasil migas seharusnya tidak hanya dimanfaatkan sekarang, tapi juga untuk anak cucu," tuturnya.
Pada awalnya, ia memperkirakan perolehan DBH migas di daerahnya bisa mencapai Rp2,6 triliun, ketika harga minyak dunia mencapai 110 dolar Amerika serikat per barel.
Tetapi, lanjut dia, perolehan DBH migas tahun ini merosot drastis dari target 1,5 triliun, menjadi sekitar Rp900 miliar, akibat turunnya harga minyak dunia, yang sekarang ini hanya sekitar 30 dolar Amerika Serikat per barel.
Pada kesempatan itu, ia menyambut baik rencana PTS dan PTN se-Jawa Timur, yang akan melaksanakan KKN bersama di seluruh wilayah Jawa Timur.
"Bojonegoro sangat mendukung, bahkan siap dijadikan tempat lokasi KKN bersama mahasiswa PTS dan PTN se-Jatim," ucapnya, menambahkan.
Ketua Yayasan Suyitno Universitas Bojonegoro (Unigoro) Arief Januarso, S.Sos, Msi, sebelumnya, menjelaskan Unigoro berdiri berbekal semangat para pendirinya, yang tidak akan memberatkan biaya kuliah mahasiswanya.
"Kami sadar peningkatan mutu pendidikan harus juga diimbangi dengan biaya, tapi karena pendiri Unigoro berbekal semangat, ya, kita kesulitan mengenakan biaya yang mahal kepada mahasiswa," jelasnya. (*)