Surabaya, (Antara Jatim) - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang perkebunan mulai mensinergikan
teknologi informasi (TI) dengan penerapan sistem "Enterprise Resource
Planning" (ERP) atau sistem untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas
bisnis di perkebunan.
Direktur Produksi PTPN X T Sutaryanto, Minggu mengatakan, PTPN X
akan menjadi pelopor sekaligus sebagai proyek percontohan, karena telah
merintis penerapan ERP sejak 2014 dan terus didorong menuju kesempurnaan
sistem.
"Jadi apa yang sudah menjadi pengalaman dan `trial error` kami
selama ini, kami diminta Kementerian BUMN untuk dibagikan ke PTPN
perkebunan lainnya. Sehingga ada sinergi antar-PTPN sebagai bagian dari
`knowledge management` di lingkungan holding BUMN perkebunan. Lebih
efektif karena PTPN lain bisa langsung menerapkan ERP mengacu pada
pengalaman kami," ucapnya di Surabaya.
Sutaryanto mengatakan, dengan menggunakan sistem tersebut PTPN X
kini bisa mengontrol proses bisnis, mulai dari lahan hingga pengolahan
tebu menjadi gula di pabrik.
"Di lahan dilakukan input data tentang tingkat kemasakan tebu alias
tebu yang siap panen untuk diangkut dan dibawa ke pabrik. Sistem
penerapan ERP berbasis `Plantation Management System` di PTPN X ini
sangat bermanfaat dengan ekosistem bisnis yang terus berubah. Oleh
karena itu, BUMN perkebunan lain harus bisa beradaptasi jika tetap ingin
unggul," katanya.
Ia mengatakan, BUMN perkebunan tidak bisa tinggal diam dan
menjalani proses bisnis secara manual, sebab TI dulu hanya alat namun
kini yang akan mengatur pekerjaan.
Sutaryanto menjelaskan, dalam sistem yang menggunakan perangkat
lunak atau software ERP itu, di dalamnya ada instrumen TI untuk
mengintegrasikan seluruh aktivitas bisnis, mulai data penanaman tebu
hingga pengelolaan di pabrik gula.
"Dengan sistem ini, setiap truk tebu yang masuk ke pabrik juga
langsung terekam karena hanya truk yang mempunyai `barcode` atau tanda
khusus yang bisa masuk ke pabrik gula. Dan tebu yang dibawa truk dengan
barcode menunjukkan bahwa tebu itu masuk kategori layak untuk diproses.
Begitu dipindai di pintu masuk, truk langsung membawa tebu menuju ke
tempat pengolahan," katanya.
Di bagian pengolahan, sistem itu juga bekerja secara otomatis
memasukkan data dan kinerja tiap unit pabrik gula. Sehingga, dimana pun
dan kapan pun, kinerja pabrik bisa dipantau setiap detik.
"Jadi, untuk bagian budi daya lahan atau `on farm`, sistem itu
juga sudah mulai bekerja, yakni adanya integrasi data yang berjalan dan
mengukur kinerja pabrik. Sehingga semuanya menjadi lebih efisien, dan
tentu daya saing perusahaan juga kian meningkat," ucapnya.
Ia berharap, dengan penerapan sistem tersebut nanti membuat BUMN
perkebunan menjadi perusahaan yang efisien dan terukur kerjanya, dengan
kata kunci konsistensi terus melakukan transformasi.(*)
teknologi informasi (TI) dengan penerapan sistem "Enterprise Resource
Planning" (ERP) atau sistem untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas
bisnis di perkebunan.
Direktur Produksi PTPN X T Sutaryanto, Minggu mengatakan, PTPN X
akan menjadi pelopor sekaligus sebagai proyek percontohan, karena telah
merintis penerapan ERP sejak 2014 dan terus didorong menuju kesempurnaan
sistem.
"Jadi apa yang sudah menjadi pengalaman dan `trial error` kami
selama ini, kami diminta Kementerian BUMN untuk dibagikan ke PTPN
perkebunan lainnya. Sehingga ada sinergi antar-PTPN sebagai bagian dari
`knowledge management` di lingkungan holding BUMN perkebunan. Lebih
efektif karena PTPN lain bisa langsung menerapkan ERP mengacu pada
pengalaman kami," ucapnya di Surabaya.
Sutaryanto mengatakan, dengan menggunakan sistem tersebut PTPN X
kini bisa mengontrol proses bisnis, mulai dari lahan hingga pengolahan
tebu menjadi gula di pabrik.
"Di lahan dilakukan input data tentang tingkat kemasakan tebu alias
tebu yang siap panen untuk diangkut dan dibawa ke pabrik. Sistem
penerapan ERP berbasis `Plantation Management System` di PTPN X ini
sangat bermanfaat dengan ekosistem bisnis yang terus berubah. Oleh
karena itu, BUMN perkebunan lain harus bisa beradaptasi jika tetap ingin
unggul," katanya.
Ia mengatakan, BUMN perkebunan tidak bisa tinggal diam dan
menjalani proses bisnis secara manual, sebab TI dulu hanya alat namun
kini yang akan mengatur pekerjaan.
Sutaryanto menjelaskan, dalam sistem yang menggunakan perangkat
lunak atau software ERP itu, di dalamnya ada instrumen TI untuk
mengintegrasikan seluruh aktivitas bisnis, mulai data penanaman tebu
hingga pengelolaan di pabrik gula.
"Dengan sistem ini, setiap truk tebu yang masuk ke pabrik juga
langsung terekam karena hanya truk yang mempunyai `barcode` atau tanda
khusus yang bisa masuk ke pabrik gula. Dan tebu yang dibawa truk dengan
barcode menunjukkan bahwa tebu itu masuk kategori layak untuk diproses.
Begitu dipindai di pintu masuk, truk langsung membawa tebu menuju ke
tempat pengolahan," katanya.
Di bagian pengolahan, sistem itu juga bekerja secara otomatis
memasukkan data dan kinerja tiap unit pabrik gula. Sehingga, dimana pun
dan kapan pun, kinerja pabrik bisa dipantau setiap detik.
"Jadi, untuk bagian budi daya lahan atau `on farm`, sistem itu
juga sudah mulai bekerja, yakni adanya integrasi data yang berjalan dan
mengukur kinerja pabrik. Sehingga semuanya menjadi lebih efisien, dan
tentu daya saing perusahaan juga kian meningkat," ucapnya.
Ia berharap, dengan penerapan sistem tersebut nanti membuat BUMN
perkebunan menjadi perusahaan yang efisien dan terukur kerjanya, dengan
kata kunci konsistensi terus melakukan transformasi.(*)