Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan bahwa tugas pemuka agama untuk meluruskan ajaran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), terutama para pengikut-pengikutnya.
"Justru pengikutnya harus mendapatkan pembinaan, dan ini merupakan tugas pemuka agama," ujarnya kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa.
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, para pengikut ajaran Gafatar tidak boleh dijauhi oleh masyarakat umum dan publik mengedapankan sikap toleransi.
"Gerakan Gafatar yang dianggap radikal malah bisa dijadikan wadah baru bagi para pemuka agama melakukan dakwah. Mereka harus diajarkan untuk toleransi beragama," ucapnya.
Mantan Sekdaprov Jatim itu juga mengaku belum setuju adanya stigma bahwa Gafatar adalah gerakan radikal karena harus dilakukan pengkajian terlebih dahulu.
"Ini yang dikaji lebih dalam, apakah itu termasuk gerakan radikal atau hanya sebagai organisasi masyarakat. Karena itulah tidak bisa langsung diberikan tuduhan bahwa gerakan tersebut radikal," katanya.
Sedangkan, untuk mengantisipasi gerakan radikal di Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur tetap menyamakan perlakuan seperti kasus-kasus berbau agama lainnya, yakni mendorong kelembagaan agama untuk berperan membina masyarakat.
"Kami dorong lembaga-lembaga agama Islam, Kristen, Hindu, Budha untuk membina agar pengikut gerakan radikal bisa diluruskan," katanya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terkait dengan paham radikal, khususnya "Gafatar".
"Deteksi itu penyelidikan, tapi (hasilnya) belum bisa disampaikan seperti apa," ujarnya di sela Sertijab Wakapolda Jatim di Gedung Mahemeru Mapolda Jatim.
Sebelumnya, di Surabaya tersiar salah seorang warganya, Erri Indra, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang "menghilang" sejak Agustus 2015, namun faktor penyebabnya tidak diketahui.
Staf Public Relation Bidang III/Kemahasiswaan PENS Andri Suryandari di sela kunjungan ke LKBN Antara Biro Surabaya mengemukakan hal itu terkait kemungkinan mahasiswa PENS itu bergabung dengan ajaran "Gafatar". (*)