Kediri (Antara) - Petugas gabungan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Kediri, dengan TPID Kota Kediri, Jawa Timur, melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), guna memastikan penyebab kosongnya bahan bakar, pascaharga turun.
"Kami antisipasi, sebab banyak antrean di SPBU. Kami ingin pastikan ada kendala apa," kata Kepala Disperindagtamben Kota Kediri Yetti Sisworini di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan dari berbagai laporan yang ia terima, kekosongan bahan bakar di sejumlah SPBU ini sudah terjadi sejak dua hari lalu. Namun, yang terbanyak justru terjadi pada kemarin, Selasa (5/1), sehingga banyak warga dan pengendara yang kebingungan mencari bahan bakar.
Ia dengan sejumlah tim dari TPID Kota Kediri datang langsung ke sejumlah SPBU dan diketahui ternyata belum ada pengiriman dari Pertamina, terlebih lagi sejak dua hari lalu.
"Kami akan koordinasikan dari Pertamina dan penglola SPBU mengapa tertunda. Apa karena armada yang terbatas, sehinggga pengiriman tidak bisa mengatasi permintaan," ujarnya.
Untuk sementara, karena stok yang masih terbatas, ia meminta pengelola SPBU membuat kebijakan untuk membatasi pembelian terutama jeriken. Ia meminta agar pengelola lebih mengutamakan pembeli dengan kendaraan ketimbang dengan jeriken.
Petugas berkunjung ke SPBU Jala Raung, Kota Kediri. Di lokasi itu, bahan bakar yang habis misalnya pertalite. Sementara, untuk premium tinggal 12 ton, solar 14 ton, pertamax sisa 7 ton. Jumlah itu sangat sedikit untuk stok sehari.
Sementara itu, Toni Dwi Cahyono, salah seorang warga Kota Kediri mengaku kosongnya stok BBM ini sangat menyulitkan. Ia dengan pembeli lainnya harus antre. Bahan bakar yang ia beli pun hanya sisa pertamax, sementara lainnya tidak kebagian.
Ia juga menilai, kebijakan pemerintah yang menurunkan harga bahan bakar itu dinilai kurang mengena, sebab turunnya hanya sedikit. Harusnya, harga bahan bakar bisa diturunkan lebih banyak lagi, sehingga semua ikut merasakan.
"Turunnya ini tidak terlalu ada efeknya, harusnya turun lebih banyak lagi, sampai harga Rp4.500," harap Toni.
Pemerintah telah resmi menurunkan harga bahan bakar. Harga solar turun dari Rp6.700 menjadi Rp5.650. Harga premium untuk non-Jamali (Jawa, Madura, dan Bali) turun dari Rp7.300 menjadi Rp6.950, sedangkan harga premium untuk Jamali turun dari Rp7.400 menjadi Rp7.050. Sementara, untuk harga pertalite, turun dari Rp8.250 menjadi Rp7.900.(*)