Malang (Antara Jatim) - Wakil Wali Kota Malang Sutiaji menegaskan bahwa kota itu harus bangkit melalui dunia industri, ekonomi kerakyatan dengan budaya dan segmen pasar yang sudah ada.
"Hari ini Kota Malang bangkit dengan konsep ekonomi kerakyatan. Dalam kondisi nilai tukar rupiah yang amsih terpuruk, sebenarnya penyangga perekonomian kita adalah ekonomi kerakyatan, kreatif dan ekonomi mikro," kata Sutiaji dalam pembukaan Pekan Raya Malang 2015 di Taman Krida Budaya Jatim (TKBJ) di Malang, Kamis.
Oleh karena itu, katanya, ekonomi mikro, industri rumahan, ekonomi kreatif harus disokong dan dikuatkan keberadaannya agar tetap bisa tumbuh dan bersaing dengan industri yang semakin maju seperti sekarang ini.
"Pekan Raya Malang yang diinisiasi pengusaha ini sudah cukup lama dirindukan warga Malang raya, midah-mudahan mampu menambah gairah usaha di daerah ini sekaligus menjadi pintu pembuka untuk menggairahkan dunia usaha, khususnya usaha mikro kecil menengah (UMKM)," ujarnya.
Pekan Raya Malang 2015 yang mengambil tema "Seribu Payung, Seribu Mimpi" tersebut digelar mulai 10 hingga 13 September 2015 dan diikuti oleh 122 stan. Di antaranya adalah stand garmen, properti, otomotif, serta produk unggulan lainnya.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Ali Fauzi Java Pamerindo. "Tema 'Seribu Payung, Seribu Mimpi' yang diusung dalam Pekan Raya Malang 2015 ini mempunyai arti khusus, yani ibarat payung diletakkan setinggi mungkin dan itu adalah harapan atau mimpi kita bersama," ujar Ali Fauzi.
Tema "Seribu Payung, Seribu Mimpi" tersebut juga menggambarkan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. "Harapannya Pekan Raya Malang 2015 ini bisa bermanfaat bagi warga Malang raya dan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang karena acar ini digelar untuk menggairahkan dunia usaha di Malang Raya," katanya.
Salah seorang pengunjung, Afriani, mengaku sudah cukup lama dirinya menunggu momen gelaran Pekan Raya Malang tersebut, sebab di arena itu bisa didapatkan berbagai produk berkualitas buatan tangan dari industri rumahan. "Banyak produk-produk cantik yang harganya terjangkau, sehingga kadang-kadang harus memborong sejumlah barang, mumpung ada," ujarnya.(*)