Sejuta Harapan Untuk Kapolri "Putra Jember"
Jumat, 17 April 2015 13:04 WIB
Jember (Antara Jatim) - Di sebuah rumah yang sederhana di Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jenderal Badrodin Haiti dibesarkan oleh kedua orang tuanya KH Acmhad Haiti dengan Siti Aminah (almarhum).
Badrodin yang merupakan anak keempat dari delapan bersaudara itu di mata keluarganya merupakan sosok pendiam, cerdas, idealis, dan punya prinsip yang kuat dalam memegang sesuatu hal.
Siapa sangka, warga asal Jember yang gemar memancing itu menduduki posisi tertinggi di institusi Polri, setelah melalui sejumlah rangkaian uji kepatutan dan kelayakan di DPR RI.
Jenderal Polisi Badrodin Haiti resmi menjabat sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri) setelah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Jumat.
Selama masa kecil hingga masa muda, jenderal bintang tiga itu mendapat pendidikan agama yang kuat dari kedua orang tuanya yang juga menjadi ulama di desa setempat.
"Kami sekeluarga bangga dengan prestasi yang diraih Din (panggilan Badrodin dalam keluarga) hingga mengantarkan ke pucuk pimpinan Polri," kata kakak kandung Badrodin, Luqman Haiti di Kabupaten Jember.
Mantan Wakapolri itu dikenal keluarganya sebagai pria yang bersahaja dan sangat pendiam, sehingga jarang bercerita tentang masalah atau tugas yang diemban sebagai pejabat tinggi di institusi Polri.
"Jika ada masalah, Din sangat jarang bercerita kepada keluarga karena selama bisa melakukan hal itu sendiri, maka tidak akan meminta bantuan pada siapa pun, termasuk keluarga," tuturnya.
Bahkan saat uji kelayakan dan kepatutan di DPR, lanjut dia, Badrodin tidak menghubungi keluarga untuk meminta bantuan atau dukungan karena tidak ingin melibatkan keluarga dalam urusan pekerjaan.
"Saya yakin dia mampu mengatasi semua urusan pekerjaan, termasuk rangkaian uji kepatutan dan kelayakan sebagai calon Kapolri. Namun, kami keluarga di Jember selalu berdoa yang terbaik untuk Din," ucap pensiunan PNS guru itu.
Keluarga besar Badrodin juga memantau uji kelayakan dan kepatutan itu melalui televisi dan pihak keluarga sejak awal sudah optimistis tidak ada kendala yang dilalui peraih Adhi Makayasa dalam uji kelayakan itu.
"Alhamdulillah uji kelayakan berjalan lancar tanpa ada perdebatan di Komisi III DPR RI, sehingga semuanya aklamasi mendukung Badrodin menjadi Kapolri," tuturnya.
Hanya beberapa jam setelah uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Hukum DPR RI, suami Tedjaningsih itu langsung ditetapkan menjadi Kepala Kepolisian dalam rapat paripurna DPR dan dalam rapat paripurna itu, Dewan juga membatalkan pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri seperti yang disahkan dalam paripurna 15 Januari 2015.
Di rumah sederhana dengan sebuah langgar (musala) dalam lingkup keluarga yang agamis dan fanatik itu, mantan Kapolda Jatim tersebut selalu menjadi inspirasi bagi keluarga, kerabat, dan tetangganya yang sukses memiliki jabatan tinggi di tubuh Polri melalui sejumlah prestasi.
Kecerdasan Badrodin itu ditunjukkan sejak kecil selama menempuh pendidikan di SDN Paleran 1, namun kelas 6 pindah sekolah di Blitar karena ikut kakaknya, kemudian setelah lulus SD, ia kembali ke Jember dengan menempuh pendidikan MTs Baitul Arqom Kecamatan Balung, dilanjutkan SMA Muhammadiyah Rambipuji dan pindah ke SMA Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
"Badrodin selalu berprestasi dengan nilai yang sangat memuaskan sejak SD dan semua temannya mengakui kecerdasannya," kata teman akrabnya semasa kecil, Poniran, yang juga tetangganya di Desa Paleran.
Kedua orang tua Badrodin dalam memberikan asuhan dan pendidikan agama yang kuat kepada delapan anaknya menjadi tauladan bagi warga Desa Paleran karena kedua orang tuanya juga merupakan tokoh agama yang disegani di desa setempat.
Badrodin juga merupakan lulusan terbaik peraih Adhi Makayasa di AKABRI jurusan Kepolisian tahun 1982, kemudian lulusan terbaik dengan penghargaan "Adhi Wira" di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1989, lulusan Sekolah Staf Pimpinan (Sespim) Polri Angkatan XXXIII Tahun 1998.
Pria kelahiran Jember pada 24 Juli 1958 itu membuktikan prestasinya lagi dengan mendapatkan penghargaan "Wibawa Seroja Nugraha" sebagai lulusan terbaik di Lemhanas KRA 36 Tahun 2003.
"Pak Kiai Ahmad Haiti dan Bu Nyai selama hidupnya hanya mengurusi orang ngaji, memberikan ceramah, dan mendidik anak dengan baik, sehingga wajar semua anak-anaknya berprestasi," tuturnya.
Meski memiliki delapan anak, almarhumah Siti Aminah membesarkan anak-anaknya seorang diri, tanpa bantuan pembantu dan memberikan pendidikan agama yang terbaik bagi kedelapan putra-putrinya.
"Kami juga ikut senang mendengar kabar Din dilantik jadi Kapolri dan beberapa waktu lalu saat pulang ke rumah Paleran, ia juga selalu bersikap ramah dan tidak mentang-mentang punya jabatan tinggi. Memang orangnya agak pendiam," paparnya.
Badrodin pulang ke Desa Paleran saat pemakaman bapaknya pada 10 Maret 2014 dan saat itu sudah menjabat sebagai Wakapolri mendampingi Jenderal Sutarman.
"Beberapa tamu penting yang hadir dalam acara pemakaman itu seakan tidak percaya karena rumah orang tua Wakapolri itu begitu sederhana dan tidak ada renovasi sama sekali," paparnya.
Tantangan Profesional Polri
Setelah dilantik menjadi Kapolri, tentu sejumlah pekerjaan rumah menunggu Badrodin dan tantangan yang dihadapi tidaklah mudah karena salah satu tantangan terbesar Kapolri adalah menjadikan lembaga institusi Polri yang profesional dan menegakkan konstitusi.
"Citra Polri di mata masyarakat sudah tidak lagi bersinar, apalagi banyak warga yang kurang percaya terhadap kinerja aparat kepolisian," kata pengamat politik Universitas Jember, Joko Susilo.
Menurut dia, sosok putra daerah Jember yang kini menjabat Kapolri itu merupakan sosok yang "low profile" dan mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat karena tidak memiliki rekam jejak yang negatif.
"Tugas Badrodin harus menjadikan Polri sebagai lembaga yang profesional dan tidak mudah dipolitisasi oleh sejumlah pihak, agar citra lembaga tersebut kembali bersinar," tuturnya.
Status Polri sejak Reformasi, 1 April 1999 tidak lagi di bawah ABRI dan di bawah pembinaan Departemen Pertahanan dan Keamanan, bahkan sejak 1 Juli 2000, sesuai Keppres No 89/2000, status Polri berada di bawah pengawasan Presiden RI dan Kapolri bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
"Polri lebih leluasa untuk mengatur anggaran dan kebutuhannya, namun beberapa waktu lalu juga terjadi korupsi dan penyalahgunaan oleh oknum-oknum Polri," ucap dosen FISIP Universitas Jember.
Selain lembaga Polri yang profesional, lanjut dia, Badrodin juga memiliki tantangan untuk memberantas korupsi bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baik di internal maupun eksternal.
"Polri dan KPK harus bersatu padu untuk melibas para koruptor yang kini masih berkeliaran, sehingga harmonisasi antara penegak hukum harus dijaga," ujarnya.
Joko optimistis Badrodin memiliki pengalaman yang cukup banyak dan bisa memimpin Polri dengan tegas, sehingga bisa menjadikan Polri lebih baik dan profesional.
Kakak kandung Badrodin, Luqman Haiti juga mengatakan tugas berat dan tantangan yang tidak ringan harus dihadapi adiknya untuk menciptakan lembaga Polri yang profesional dan menjaga keamanan di dalam negeri.
"Din itu orangnya kuat dalam memegang prinsip, sehingga yang benar akan dikatakan benar dan salah akan dikatakan salah. Bahkan tidak bisa diintervensi melalui keluarga atau lainnya," tuturnya.
Pihak keluarga besar di Jember, lanjut dia, mendoakan Badrodin bisa memimpin Polri dengan amanah, memperbaiki internal Polri untuk lebih profesional, dan mampu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Kami selalu berdoa, agar Allah SWT mempermudah urusannya dan tidak mempersulit dalam memimpin institusi Polri," ujarnya.
Harapan Baru
Luqman juga berharap Badrodin menjadi pemimpin di lembaga Polri yang dapat mengayomi anggota dan masyarakat Indonesia dengan caranya sendiri.
"Insyallah ia bisa menjadi Kapolri yang amanah karena sosoknya yang pendiam, sederhana, cerdas, namun tegas dalam melakukan hal sesuai dengan aturan," paparnya.
Sejumlah putra daerah Jember juga berharap anak keempat pasangan KH Ahmad Haiti dan Siti Aminah itu mampu memimpin Polri dengan baik.
"Saya kenal dengan baik Pak Badrodin karena sama-sama warga Jember. Beliau adalah orang yang sangat sederhana dan bersahaja di mata warga Jember," kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil.
Dengan pendidikan di pesantren dan hidup di lingkungan petani, Arum Sabil berharap Kapolri baru mampu memberantas mafia impor pangan yang saat ini menjadi "teroris" bagi para petani.
"Terciptanya keamanan dan ketertiban tidak terlepas dari urusan perut, sehingga kepentingan petani yang memiliki tugas untuk menciptakan kedaulatan pangan perlu dilindungi," tuturnya.
Menurut dia, sejuta harapan digantungkan di pundak Kapolri baru, sehingga Badrodin harus berjuang keras untuk mewujudkan harapan masyarakat tersebut.
"Petani sangat berharap Pak Badrodin mampu melindungi petani dari mafia impor pangan dan sosoknya yang negarawan selalu mendengarkan aspirasi masyarakat, sehingga tidak heran beliau selalu sukses di sejumlah daerah saat memimpin," paparnya.
Arum juga berharap dengan tangan dingin Badrodin, tidak ada friksi di tubuh internal Polri dan merangkul semuanya untuk mewujudkan institusi Polri yang kuat, termasuk merangkul Budi Gunawan yang batal dilantik menjadi Kapolri.
Sementara Wakil Ketua PCNU Jember, Misbahussalam berharap sosok Badrodin yang merupakan putra daerah Jember yang dibesarkan di lingkungan pesantren dan almarhum kedua orang tuanya yang menjadi ulama kharismatik di Jember mampu menjadi motivasi Kapolri untuk menekan ancaman radikalisme dan gerakan Islam garis keras.
"Saya yakin basic keagamaan Pak Badrodin sangat kuat dan beliau memahami ajaran agama Islam dengan baik, sehingga kami berharap Polri dapat menangkal sejumlah gerakan Islam radikal dan garis keras yang sudah masuk ke Indonesia," tuturnya.
Ia mengaku bangga putra daerah Jember menjadi orang nomor satu di tubuh Polri, sehingga hal itu semakin memotivasi warga Jember untuk menjadi tokoh nasional yang berguna bagi bangsa dan negara,
Tokoh muda NU Jember itu juga berharap Badrodin mampu menjadi pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat, sehingga keamanan dan ketertiban di dalam negeri dapat terjamin.
"Sosok beliau yang pendiam, sangat cerdas dan bersahaja diharapkan mampu menjadi tauladan bagi jajaran di bawahnya, sehingga aparat kepolisian di daerah juga bisa menjalankan tugasnya sebagai Polri dengan baik," katanya.
Badrodin yang dikenal sebagai juru damai di Poso juga diharapkan mampu menjaga keutuhan bangsa dan tidak ada lagi kerusuhan yang mengatasnamakan agama dan suku, sehingga NKRI menjadi harga mati.(*)