Oleh Syaiful Hakim Poso (Antara) - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko meninjau secara langsung latihan puncak Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI di Komando Pengendalian PPRC, Bandara Kasiguncu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa pagi. Panglima TNI yang didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi dan para Pati TNI di lingkungan Mabes TNI melakukan peninjauan dengan melihat video conference dan melihat secara langsung pelaksanaan latihan itu. Dalam skenario latihan PPRC TNI 2015, dunia tengah menghadapi ancaman teror, yang diawali dengan hadirnya suatu negara Tero yang ingin menguasai Asia Tengara, yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia yang menjadi basisnya adalah di Gunung Biru Poso, Pesisir. Pegunungan Biru itu telah dikuasai oleh negara Tero, oleh karena itu pegunungan itu dikepung selama satu hari oleh pasukan dari ribuan personil TNI gabungan angkatan darat, laut dan udara, untuk mengambil alih wilayah ini akan dibombardir terlebih dulu pasukan marinir dan lintas udara. Pasukan marinir telah bergerak dari KRI Hasanudin menuju ke arah pantai untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh terorisme. Kemudian, pasukan meminta bantuan untuk membombardir wilayah Gunung Biru. Dua unit RM-70 Grate Marinir menembakkan 20 roket ke arah sasaran untuk memberikan keleluasaan bagi pasukan penerjun dari Linud 502 Kostrad untuk melakukan operasi penyerbuan. Tak hanya itu, KRI Hasanudin juga melancarkan serangan dengan meluncurkan 12 roket ke Teluk Poso yang telah dikuasai oleh negara Tero. Tidak lama kemudian, empat unit pesawat tempur F-16 melakukan serangan udara dengan meluncurkan granat ke sasaran yang telah dikuasai oleh kelompok terorisme. Setelah itu, sepuluh unit pesawat angkut Hercules C-130 menerjunkan 500 penerjun untuk melakukan serangan darat ke sasaran yang sudah mulai dikuasai oleh TNI. Penerjunan pasukan Linud itu, dikawal langsung oleh empat pesawat tempur dari Amerika Serikat tersebut guna mengamankan wilayah udara ketika pasukan tengah diterjunkan ke wilayah sasaran. Ternyata, upaya yang dilakukan oleh pasukan mengalami hambatan sehingga meminta bantuan kepada komandan PPRC. Tak berlangsung lama, dua unit Heli Serang MI-35 dan Heli Bell 412 diterjunkan untuk membantu dalam merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh negara Tero. Akhirnya pasukan PPRC TNI berhasil menguasai kembali Gunung Biru. Pegunungan Biru, Poso terkenal sebagai wilayah tempat bersembunyinya kelompok Santoso dan Daeng Koro. "Jadi semua ini berawal dari operasi intelijen. Intelijen memberikan gambaran tentang Poso. Dari intelijen itu, kami melakukan perencanaan operasi, setelah operasi tempur selesai akan ada operasi territorial. Kami akan melaksanakan operasi teritorial di sini. Operasi teritorial akan dilaksanakan oleh PPRC maupun wilayah," kata Panglima TNI. Ia mengatakan latihan PPRC untuk mengantisipasi munculnya kelompok radikalisme di Indonesia. "Saya mensinyalir di Poso, seolah-olah kelompok radikal itu nyaman di sana. Saya khawatir orang-orang yang pergi ke Irak dan Suriah, akan pulang dan bermarkas di Poso," kata Panglima TNI. Menurut Moeldoko, latihan tersebut sengaja digelar berkaitan dengan isu terorisme yang sedang diantisipasi oleh pemerintah, khususnya setelah beberapa warga negara Indonesia diketahui bergabung dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). (*)
Panglima TNI Tinjau Latihan PPRC di Poso
Selasa, 31 Maret 2015 10:02 WIB