Mendayung Perahu Bambu Menyeberangi Danau Ciluenca
Jumat, 19 Desember 2014 11:51 WIB
Bermodalkan tiga bambu panjang, tiga bambu pendek, empat utas tali masing-masing berukuran 10 meter serta delapan buah ban hitam berbagai ukuran, sembilan orang yang tergabung dalam satu tim bahu-membahu merakitnya menjadi sebuah perahu.
Hanya diberikan kurun waktu 20 menit, perahu harus sudah selesai dan selanjutnya digunakan untuk menyeberang "Situ Cileunca", yakni sebuah danau yang berada di daerah dingin Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Yoga, kamu ikat ujung-ujungnya terlebih dahulu dan mengaitkan bambu di dalam ban. Kemudian Sigid jangan lupa mengatur jarak antarbambu, sedangkan yang lainnya ikut membantu ikat," ujar Michael Teguh, seorang pemimpin tim menginstruksikan anggotanya.
Tanpa banyak bicara, mereka pun bekerja sama dan kurang dari 15 menit, sebuah perahu rakit siap digunakan menyeberangi danau buatan yang luasnya mencapai 1.400 hektare tersebut.
Hujan deras yang mengguyur dan hawa dingin seolah menusuk tulang tidak dirasakan. Michael mengaku tujuan timnya hanya satu, menyelesaikan perahu rakit dan berlayar ke seberang demi memuluskan rencana selanjutnya bagi tim.
"Ini sangat menantang dan tim siap menyeberang meski hujan dan sangat dingin. Tim kami tidak ingin terhenti dan akan membuktikan terus melaju sampai tantangan berikutnya," ucap pemuda kelahiran Sibolga, Sumatera Utara tersebut.
Setelah memberi satu komando, perahu rakit didorong ke danau dan bersamaan mereka melompat ke atas sembari mendayung di bagian kanan-kiri perahu.
"Satu, dua, satu, dua. Ayo semangat kawan mendayungnya. Waktu hanya 30 menit dan kita harus bisa. Satu, dua, satu, dua," begitu teriakan instruksi ketua tim menyemangati anggotanya.
Karena pertama kali melakukannya, dayungan yang mereka kayuh pun tidak serempak dan membuat perahu tak berjalan lurus. Sesekali saling menyalahkan antarpendayung pun terjadi.
"Namanya baru pertama dan belum mengerti teknik mendayung yang benar. Syukurlah rekan-rekan tidak terpengaruh meski kadang saling menyalahkan," ujarnya sembari tertawa.
Di tengah perjalanan, seorang anggota tim, Erick, harus rela terjun ke danau dan membantu perahunya agar kembali ke posisi lurus serta mendorongnya. Dijuluki "anak seribu pulau" oleh rekannya, pemuda lajang tersebut terus berenang meski air danau ditambah air hujan sesekali masuk ke mulut.
"Saya kebetulan asli Flores, NTT, dan hidupnya di laut sehingga mendapat julukan. Sebetulnya tadi tidak perlu terjun, tapi saya ingin merasakan berenang di danau dingin. Tentu menjadi pengalaman hebat," tukasnya.
Secara perlahan, perahu rakit sampai ke titik seberang. Masih menyisakan tujuh menit dari batas waktu minimal, tim tersebut sempat enggan turun hanya untuk sekadar melemaskan tangan dan punggung sambil berbaring di atas perahu.
"Wah, seru ya ternyata. Pengalaman mendayung menyeberang danau diiringi hujan deras tak akan bisa terlupakan," ucap Ikhwan Wahyudi, anggota paling senior di tim tersebut.
Menyebarangi danau menggunakan perahu rakit menjadi bagian dari "outbound" di kawasan dataran tinggi tersebut. Dengan tetap dalam pengawasan instruktur profesional, seorang pemula dalam permainan ini tidak perlu merasa khawatir.
"Tentu alat (bambu dan ban) yang kami berikan sudah sesuai standar keamanan, begitu juga pelampung dan dayung. Instruktur juga mengikuti tim dari belakang sehingga tidak perlu takut," tutur seorang instruktur, Kang Rizal.
Danau atau situ ini merupakan danau buatan yang berada di tengah-tengah perbukitan dan pegunungan indah karena berada di ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang sekelilingnya dikelilingi oleh perkebunan teh.
Situ atau danau ini juga diapit oleh dua Desa yaitu Desa Wanasari dan Desa Pulosari. Selain arena permainan menantang, di sana juga tersedia perahu wisata yang mengajak pengunjung berkeliling serta wahana lainnya.
Selain difungsikan sebagai objek wisata, Situ Cileunca juga berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dialirkan Sungai Palayangan.
Sungai ini pula yang dijadikan arena "rafting" atau arung jeram karena memiliki beberapa bagian menantang dengan arus sungai deras serta batu-batu besar. (*)