61 Foto Dayak-Melayu dan Danau Sentarum Dipamerkan
Kamis, 26 Juni 2014 19:19 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 61 foto tentang aktivitas keseharian masyarakat Dayak dan Melayu di kawasan Danau Sentarum, Kalimantan Barat, dipamerkan di Galeri Seni "House of Sampoerna" (HoS) Surabaya pada 26 Juni hingga 8 Agustus.
"Foto-foto itu dibidik dalam dua musim, yakni musim kering pada Juni 2012 dan musim hujan pada Maret-April 2014," kata fotografer Atet Dwi Pramadia di sela-sela persiapan pameran bertajuk 'Perjalanan ke Tanah Leluhur Danau Sentarum' di Surabaya, Kamis.
Atet merupakan salah satu dari sepuluh peserta workshop Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Tahun 2012 yang memamerkan fotonya, di antaranya foto Danau Sentarum di musim kering dan hujan yang dibidik dari bukit yang merupakan pos pantau untuk petugas.
Selain Atet, fotografer muda lintas profesi yang memamerkan fotonya adalah Anastasia Widyaningsih, Bayu Amde Winata, Dhira Danny Widjaja, R Heru Hendarto, Idham Rahmanarto, Ramadian Bachtiar, Rangga Rinjani, Septiawan, dan Sumarno.
"Saat kemarau, danau seluas 80.000 hektare itu sangat kering dan tanahnya retak, namun saat musim hujan atau musim basah justru menjadi hamparan banjir paling luas di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Ada suku Dayak dan Melayu yang hidup di situ," katanya.
Foto-foto bidikan mereka antara masyarakat Dayak sedang memetik daun pandan di hutan untuk membuat tikar yang disukai turis mancanegara, masyarakat Dayak sedang mencari ikan dengan jaring, atau masyarakat Dayak sedang berjoget poco-poco.
Sementara itu, foto masyarakat Melayu antara lain saat mereka memainkan musik gambus, berjoget dangdut saat ada pernikahan, bergotong royong membangun pondasi rumah dari kayu, mencari ikan dengan jebakan, dan mengambil madu organik dari hutan bakau.
Dalam kesempatan itu, kurator GFJA Oscar Motuloh menjelaskan para fotografer muda itu hanya mendapatkan workshop foto selama 3-4 hari, lalu mereka diminta menggarap sebuah proyek yang ditentukan berdasarkan kesepakatan di antara mereka sendiri.
"Akhirnya, mereka sepakat ke Danau Sentarum dengan dana sendiri. Mereka datang sendiri melalui perjalanan darat selama 14 jam, karena jaraknya berkisar 700 kilometer dari Pontianak. Tapi, mereka hanya memotret Sentarum saat kemarau, lalu saya minta dilengkapi dengan Sentarum pada saat musim basah," katanya.
Sementara itu, fotografer Antara, Mosista Pambudi, menjelaskan ke-61 foto itu merupakan hasil seleksi dari ribuan foto dari masing-masing fotografer muda yang terlibat dalam pameran tentang danau di perbatasan Kalimantan Barat (Indonesia) dan Serawak (Malaysia) itu.
"Mungkin ada 15.000-an foto, lalu para fotografer itu menyeleksi sendiri hingga tinggal 8.000-an foto dan akhirnya diseleksi tim GFJA hingga tinggal 2.000-an untuk dipilih Bang Oscar menjadi 61 foto. Hasilnya dipamerkan di Jakarta (GFJA) dan Surabaya (HoS)," katanya.
Danau Sentarum memang tak sepopuler danau lain di Nusantara, tapi danau yang hanya dipisahkan dengan sebuah bukit untuk ke Serawak (Malaysia) itu memiliki keindahan yang menyatu dengan masyarakat Dayak, masyarakat Melayu, flora, fauna, dan riwayat masa lalu.
Pameran foto untuk umum itu dibuka oleh Guru Besar Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof L Dyson dan General Manager "HoS" Ina Silas pada Kamis (26/6) malam, lalu dilanjutkan dengan "Gallery Talk" bersama Ahli Antropologi Visual Hadi Purnomo. (*)