Mali: Sekitar 20 Tentara Tewas dalam Pertempuran di Kidal
Jumat, 23 Mei 2014 7:22 WIB
Bamako, (Antara/AFP) - Sekitar 20 tentara Mali tewas dan 30
lainnya terluka dalam pertempuran yang menunjukkan para pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Tuareg merebut kembali kota utara kunci Kidal, kata Menteri Pertahanan Soumeylou Boubeye Maiga, Kamis.
"Ada yang tewas dan terluka di kedua pihak," kata Soumeylou Boubeye Maiga di televisi publik, mengacu pada bentrokan Rabu.
"Kami menghitung sekitar 30 orang terluka ... dan sayangnya sekitar 20 orang tewas," katanya.
Sebelumnya, Prancis menunda rencana penarikan pasukan dari mantan koloninya itu setelah muncul bentrokan berdarah baru di kota Kidal antara gerilyawan Tuareg dengan tentara pemerintah.
Prancis awal bulan ini menyatakan akan mengakhiri "fase perang frontal" di Mali.
Paris mengirim pasukan ke negara tersebut pada 2013 untuk membebaskan wilayah utara Mali dari kelompok gerilyawan Tuareg.
Rencananya, 2.000 dari total 3.000 tentara di Mali akan dipindahkan ke negara kawasan Sahel lain di bawah operasi bernama Serval.
Namun seorang sumber kementerian pertahanan Prancis mengatakan bahwa rencana pemindahan itu harus ditunda setelah munculnya pertempuran baru antara kelompok gerilyawan dengan pasukan pemerintah Mali di kota Kidal.
Sementara itu Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon Rabu mendesak pemberlakuan gencatan senjata segera setelah pertempuran mematikan di daerah Kidal, bekas markas pemberontak di Mali utara tersebut.
Ban menyampaikan seruan itu ketika satu sumber PBB di lapangan di Mali mengatakan kepada AFP, gerilyawan Tuareg membunuh atau menangkap sejumlah prajurit di kota tersebut.
"Sekretaris Jendral PBB sangat khawatir atas situasi yang memburuk dengan cepat di Kidal," kata juru bicara Ban, Stephane Dujarric.
"Ia menyerukan penghentian segera pertempuran dan pemberlakuan gencatan senjata... Ia mengutuk pembunuhan warga sipil dan mendesak pelakunya diadili," tambahnya.
Ban juga meminta semua pihak dalam konflik mematuhi ketentuan-ketentuan dalam "Perjanjian Pendahuluan Ouagadougou" Juni 2013, kesepakatan gencatan senjata yang menetapkan demobilisasi gerilyawan.
Setelah pertempuran Rabu, Gerakan Nasional bagi Pembebasan Azawad (MNLA), sebuah gerakan separatis etnik Tuareg, mengklaim menguasai Kidal. (*)