Warga Bangkes Pamekasan Protes Pembangunan Embung
Rabu, 26 Februari 2014 16:15 WIB
Pamekasan (Antara Jatim) - Warga Desa Bangkes, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Rabu memprotes pembangunan embung di desa mereka, karena menyebabkan lahan pertanian mereka terendam air.
Lahan pertanian warga ini terendam air menyusul uji coba penutupan saluran air di embung yang dibangun di desa itu dalam tiga hari ini. AKibatnya tanaman jagung para petani ini banyak yang mati karena terendam air.
"Baru tiga hari uji coba dilakukan tanaman kami sudah banyak yang mati terendam air, apalagi hingga satu bulan kedepan," kata salah seorang warga pemilik lahan pertanian di sekitar embung itu, Moh Saha.
Saha adalah satu dari puluhan petani di Dusun Lekoh, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan yang memprotes pembangunan embung di desa itu.
Saha bersama puluhan warga desa lainnya, Rabu (26/2) sempat mendatangi pekerja proyek embung itu dan meminta uji coba penutupan saluran air dihentikan, karena lahan pertanian mereka terendam air.
Ia mengancam akan melakukan penutupan paksa apabila pembangunan embung itu dilanjutkan. "Saat ini saja, sudah seperti ini apalagi nanti, pasti lahan pertahuan kami sering tergenang air," katanya dengan nada geram.
Selain mengancam lahan pertanian milik warga, genangan air akibat uji ciba penutupan embung di Dusun Lekoh, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur itu juga mengancam perkampungan penduduk di dusun itu.
Sebab, sekitar 7 meter dari lokasi embung terdapat rumah-rumah warga. Jika saluran embung ditutup, maka air embung mengalir ke halaman rumah warga. Saat ini situasi di Desa Bangkes, Kecamatan Kadur memanas dan warga tetap meminta agar pembangunan embung itu dihentikan.
Beberapa warga yang datang ke lokasi proyek embung di Dusun Lekoh, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur Rabu itu sebagian diantaranya ada yang membawa celurit. Tatapan matanya nanar karena menahan emosi, bahkan sebagian diantara mereka menantang "carok" yakni berkali dengan menggunakan senjata tajam pada pekerja proyek.
Namun situasi itu tidak berlangsung lama, sebab warga lain yang juga datang ke lokasi proyek itu berupaya menenangkan warga yang emosi itu.
Selain lokasinya tidak tepat, karena lokasi yang dibangun embung itu terlalu dangkal, sehingga jika saluran air ditutup berpotensi merendam tahan pertanian warga, juga lokasi embung sangat dekat dengan rumah penduduk.
Menanggapi protes warga itu, Kepala Desa Bangkes M Lutfi mengatakan, pihaknya masih akan melakukan komunikasi dengan warganya agar tidak bertindak anarkis.
Lutfi mengatakan, pembangunan embung itu sebenarnya sudah berdasarkan perencanaan yang matang dan atas keinginan dari Pemkab Pamekasan.
Menurut dia, salah satu upaya yang akan dilakukan ialah mengusulkan agar pemkab membeli lahan pertanian warga yang ada di sekitar lokasi embung tersebut, sehingga warga tidak merasa dirugikan dengan pembangunan embung itu.
"Tapi kalau ada warga yang tanahnya tidak mau dijual, ya kami juga tidak berbuat banyak karena itu adalah hak warga," kata Lufi.
Pembangunan embung di Dusun Lekoh, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan ini merupakan bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) dengan nilai proyek sebesar Rp2 miliar.
Pembangunan embung di Desa Bangkes ini merupakan satu dari proyek pembangunan embung di Kabupaten Pamekasan. Dua proyek lainnya terletak di Desa Lancar, Kecamatan Larangan dan Desa Palengaan, Kecamatan Palengaan.
Ketiga proyek pembangunan embung ini bermasalah karena pembebasan lahannya sampai saat ini belum dilakukan meskipun pengerjaan proyek telah lama digelar dan hal ini berpotensi menimbulakan masalah sosial dikemudian hari apalagi warga menolak menjual lahan pertanian mereka. (*)