1.232 Guru Maarif NU se-Jatim Siap Implementasikan Kurikulum 2013
Senin, 24 Februari 2014 11:35 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 1.232 guru dan kepala SD/MI di bawah naungan Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Nahdlatul Ulama Jawa Timur telah siap mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015.
"Seribu lebih guru itu merupakan peserta Workshop Implementasi Kurikulum 2013 sejak angkatan pertama pada Oktober 2013 hingga angkatan ke-13 pada 22 Februari 2014," kata Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur Prof Dr H Abd. Haris MAg di Surabaya, Senin.
Ia menjelaskan "workshop" yang digelar di Gedung Pusdiklat LP Maarif NU Jatim itu ditargetkan tuntas hingga bulan Juni 2014 untuk guru kelas 1 dan 4 serta kepala SD/MI se-Jawa Timur.
"Diperkirakan akan mencapai 2.000 guru dan kepala sekolah/madrasah, sehingga pada tahun pelajaran 2014/2015, kami menerapkan Kurikulum 2013 secara 100 persen sebagaimana program pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud," tuturnya.
Menurut Haris, PW LP Maarif NU Jawa Timur memang tidak mau terlambat dalam merespons kebijakan pemerintah yang menjadi kebutuhan sekolah dan madrasah di lingkungan LP Maatif NU se-Jatim.
"Hal ini berkaca pada pengalaman tahun 2006 ketika pemerintah melakukan perubahan kurikulum banyak madrasah baru dapat melaksanakan dua hingga tiga tahun setelah implementasi berlangsung," ujarnya.
Alasannya, madrasah dan sekolah belum mendapat pengetahuan yang cukup untuk menerapkannya. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah belum menjangkau pada level madrasah/sekolah swasta terpencil, padahal mayoritas madrasah/sekolah di bawah binaan LP Maarif NU.
"Karena itu, untuk Kurikulum 2013, kami sejak awal sudah menyiapkan madrasah dan sekolah hingga waktunya nanti, yakni tahun pelajaran 2014/2015 langsung bisa mengimplementasikan dengan baik," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Pusdiklat LP Maarif NU Jawa Timur Abdullah Sani MPd berharap kegiatan seperti ini ke depan dicakup pemerintah, karena pada era yang seperti ini, anggaran untuk pendidikan tidak boleh membedakan antara negeri dan swasta.
"Terus terang saja, pelaksanaan workshop ini bersumber dari dana patungan mulai dari sekolah, cabang, dan wilayah LP Maarif. Kami mengambil inisiatif itu, karena hingga waktu implementasi kurang tiga bulan lagi saat inibelum ada pelatihan untuk sekolah/madrasah. Kalau pun ada mungkin belum menjangkau semua madrasah," tukasnya.
Ia menambahkan pelaksanaan workshop dilaksanakan selama tiga hari pada setiap angkatan, namun meskipun tiga hari, materinya setaraf dengan 10 hari sebagaimana pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.
"Materi sama, bahkan ditambah dengan materi lain yang mendukung implementasinya nanti yakni ditambah dengan pendalaman tentang regulasi dan program excel untuk penilaian otentik," kata mantan Kepala SD Khadijah, Wonokromo, Surabaya itu. (*)