Pemprov Sulteng Tidak Diamkan Kasus TKW yang Hilang
Rabu, 12 Februari 2014 16:04 WIB
Oleh Azis Senong
Kendari (Antara) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tidak diam terkait hilangnya salah seorang tenaga kerja wanita (TKW) bernama Muliartin (37), asal Konawe Selatan, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi.
"Kasus ini sedang kami tangani dengan cara mencari informasi baik dari perusahaan pengerah jasa TKI yang memberangkatkan maupun dari instansi terkait lainnya di Jakarta," kata Kadis Nakertrans Sultra Armunanto di Kendari, Selasa.
Ia mengatakan yang paling bertanggung jawab menangani proses pemulangan TKW asal Kabupaten Konawe yang diduga hilang itu adalah pihak perusahaan jasa tenaga kerja yang memberangkatkan mereka.
Mantan Kepala Inspektorat Kabupaten Konawe Selatan itu mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi ke Kementerian Tenaga Kerja di Jakarta terkait apakah TKW Muliartin saat berangkat ke Arab Saudi menggunakan PJTKI resmi atau illegal.
"Setelah kami melakukan komunikasi, yang bersangkutan memang menggunakan perusahaan jasa tenaga kerjas secara resmi," katanya.
Perusahaan jasa yang memediasi TKW Muliartin saat berangkat ke Jakarta sebelum ke Arab Saudi yakni PT. Dinasti Insan Mandiri dengan nama Direktur Sri Wulandari dan berpusat di Kabaupaten Konawe, Sultra.
Seorang TKW asal Sultra bernama Muliartin yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi diketahui hilang setelah suaminya Azis melaporkan masalah itu ke posko pengaduan buruh migran di Jakarta yang diteruskan kepada Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan (BEK-SP) Kendari.
Azis menuturkan istrinya berangkat menjadi TKW sejak 2011 melalui PJTKI PT. Dinasti Insan Mandiri, setelah sebelumnya mengikuti pelatihan keterampilan kerja di Jakarta.
Tiga bulan pertama kerja di Arab Saudi, Muliartin masih berkomunikasi dengan keluarga. Ia juga sempat mengirimkan uang kepada suami dan empat anaknya yang berada di desa Tawaro Londo, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe, namun setelah itu tidak pernah ada kabar lagi dari Muliartin.
"Komunikasi terakhir dengan istri saya terjadi pada bulan April 2012, ketika itu istri saya bertanya apakah kiriman uang sudah diterima atau tidak," kata Azis.
Suami Muliartin sudah beberapa kali menghubungi nomor ponsel istrinya maupun nomor telpon majikan tempat istrinya bekerja di Arab Saudi, namun tidak pernah ada jawaban. (*)