"Itu bahasa apa, pak," tanya seorang siswa SDN Wonokromo I, Jalan Wonokromo Tangkis 19, Surabaya, Senin (11/11) pagi. Itulah pertanyaan yang diajukan sang siswa kepada Rachmanu Tri Anugrah yang pertama kali dikenalnya dan "cas cis cus" dengan bahasa yang asing di telinganya. "Itu Bahasa Jepang yang kalimatnya tentang perkenalan diri saya kepada seorang turis," ucap Pak Manu, begitu sapaan akrabnya. Pak Manu adalah pemandu wisata yang merupakan relawan Kelas Inspirasi Jawa Timur. Ia datang ke sekolah itu bersama Nindia (pemandu wisata), Alvin (Sekretaris Universitas Ciputra Surabaya), dan Reni (HRD dan pelatih karyawan Colour Grup). Mereka datang untuk memberikan inspirasi kepada siswa kelas IV, V, dan VI SDN Wonokromo I, Jalan Wonokromo Tangkis 19, Surabaya, hari itu. "Kalau ingin menjadi pemandu wisata atau pramuwisata harus menguasai empat bahasa asing yakni Inggris, Prancis, China, dan Italia. Ya, minimal Bahasa Inggris," ujarnya. Setelah itu, Pak Manu melontarkan pertanyaan tentang lokasi wisata di Jatim yang dijawab para siswa secara serentak. "Bromo Probolinggo, Tanjungkodok Lamongan, Wisata Bahari Lamongan, Batu Night Spectaculer (BNS) Malang, Pantai Ria Kenjeran Surabaya, Museum Trowulan Mojokerto, Museum Mpu Tantular Sidoarjo, dan....," begitu ragam jawaban siswa SD setempat. Dengan bergurau, ia menyebut pekerjaan dijalani hanya jalan-jalan. "Kalau seperti kakak, maka adik-adik bisa keliling-keliling ke lokasi-lokasi wisata itu, enak lho gratis, tapi adik-adik harus giat belajar bahasa asing, memiliki fisik yang kuat, dan mengikuti pelatihan pramuwisata," katanya. Motivasi serupa juga dikemukakan relawan KI Jatim yang juga pemandu wisata, Nindia. "Saya dulu sama dengan adik-adik, saya bercita-cita jadi dokter, tapi setelah sering jalan-jalan dan bertemu dengan 'guide' (pemandu wisata), maka saya pun tertarik," tutur perempuan berjilbab itu. Lain halnya dengan Sekretaris Universitas Ciputra Surabaya, Ny Alvin. "Pekerjaan sekretaris itu penuh dengan persaingan. "Kompetisi itu terjadi karena masyarakat kita lebih banyak yang sekolah SD dan hanya sedikit yang sampai ke universitas," katanya. Menurut aktivis mahasiswa semasa kuliah itu, persaingan itu tidak hanya bisa dimenangkan dengan sekolah yang tinggi hingga ke universitas, melainkan juga harus memiliki banyak teman dan pantai berkomunikasi dengan orang lain. "Kalau komunikasi di zaman modern sekarang bisa dengan media sosial, seperti BBM, android, email, dan sebagainya, tapi kalau adik-adik masih SD jangan pakai BBM. Uang yang ada sebaiknya ditabung agar bisa kuliah," paparnya. Serentak 14 Daerah Kelas Inspirasi Jawa Timur 11 November itu berlangsung serentak pada 14 kabupaten/kota yakni Banyuwangi, Bojonegoro, Gresik, Jember, Kediri, Madiun, Malang, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sidoarjo, Situbondo, Surabaya, dan Tulungagung. "Khusus Surabaya sendiri ada 30 SD," tukas koordinator Kelas Inspirasi Jawa Timur untuk Surabaya, Hestya Utami. Dalam penyampaian di SDN Wonokromo I Surabaya itu, para relawan didampingi seorang fasilitator dan dua fotografer yakni Novia dan Nurcholis. Kedua fotografer itulah yang mendokumentasikan dan menduplikasikan Kelas Inspirasi yang digagas "Indonesia Mengajar" itu. Semua motivasi dari para relawan KI Jatim itu dinilai fasilitator Kelas Inspirasi Jawa Timur di SDN Wonokromo I, Surabaya, Merina Anggraini, sebagai upaya untuk membuka wawasan kepada siswa SD agar mereka tidak hanya tahu profesi sebatas dokter, polisi, tentara, guru, atlet, dan sebagainya. "Dengan wawasan itu, mereka akan tahu bahwa di luar sana ada banyak profesi dan mereka juga tahu cara untuk menggapainya," ujar Merina, didampingi Kepala SDN Wonokromo I, Surabaya, Soemarlik. Hal itu dibenarkan 'External Relation' Kelas Inspirasi Jawa Timur Ficky A. Hidajat. "Ratusan profesional, foto/videografer, dan panitia bertolak dari rumah masing-masing ke tujuan yang sama, yakni sekolah dasar," kata 'External Relation' Kelas Inspirasi Jawa Timur Ficky A. Hidajat. Ia menyebut ada lebih dari 1.000 relawan pengajar diterjunkan ke lebih dari 100 SD pada 14 kota/kabupaten. Mereka berasal dari berbagai profesi, mulai dari musisi, diplomat, pimpinan perusahaan, insinyur, dokter, pemandu wisata, sampai figur publik. "Kelas Inspirasi Jawa Timur adalah sebuah tonggak sejarah dalam dunia pendidikan dan juga sepanjang pelaksanaan Kelas Inspirasi (KI) yang pernah ada KI secara serentak pada beberapa daerah," tandasnya (10/11/2013). Menurut dia, Jawa Timur mencatat sejarah bahwa jiwa nasionalisme masih dimiliki oleh anak bangsa yang rela dengan tulus tanpa kontrapretasi apapun demi bangsanya. "Mereka rela cuti serentak demi anak-anak penerus bangsa untuk menanamkan optimisme," katanya. Bahkan, sukses dari gerakan KI Jatim itu akan berpengaruh pada provinsi lain. "Para profesional itu bukan hanya datang dari sini, namun banyak provinsi. Itulah mengapa kami sebut gerakan KI Jatim ini bukan hanya untuk Jawa Timur, tetapi untuk Indonesia," katanya. Selain menjadi ajang berbagi semangat berjuang mencapai cita-cita dan pengetahuan profesi, kegiatan ini juga bermakna ganda karena menjadi kesempatan bersilaturahmi antara penggerak pendidikan di sekolah dengan dunia profesional. Itu pula yang menjadi harapan pendiri "Gerakan Indonesia Mengajar" Anies Baswedan. "Gerakan inspirasi itu menjawab persoalan dengan cara seperti yang dilakukan para pejuang di Kota Pahlawan yakni berbuat. Caranya cukup dua yakni melihat sekeliling dan turun tangan langsung," timpalnya saat berbicara di hadapan mahasiswa Unair Surabaya, 17 Oktober 2012. Cara itu, akan berdampak besar, karena tidak hanya mengajar anak mengenyam pendidikan secara benar, tapi juga mengajar orang tua dari anak itu untuk membangun mimpi bagi anak-anaknya agar meneladani mereka yang mengajari mereka. (*)
Ada Kelas Inspirasi di SDN Wonokromo-Surabaya
Senin, 11 November 2013 23:32 WIB