Film Pasangan Difabel Kediri Berjaya di Yogyakarta
Rabu, 30 Oktober 2013 22:29 WIB
Kediri (Antara Jatim) - Film dokumenter dengan judul "Mata Jiwa Tak Berbatas" berhasil meraih penghargaan terbaik kategori umum dalam Festival Film Disabilitas (FFDIS) di Yogyakarta.
Dalam festival film yang digelar oleh UCPWFH (United Cerebral Palsy Wheels For Humanity) Indonesia ini, karya film besutan "arek" Kediri tersebut berhasil menyisihkan sekitar 25 peserta kategori umum dari sejumlah provinsi di Indonesia.
Sebagai juara dua dan tiga adalah "My Brother Hera" (Sutrisno - Jambi) dan "Tetap Berkarya" (Dwi Agus Pengkit-Jogjakarta). Sedangkan, apresiasi khusus adalah "Aku Ingin Menjadi Kupu-kupu" (Dipa Utomo-Jogjakarta). Penganugerahan film digelar di Jogja National Museum pada 27 Oktober 2013.
Sutradara film dokumenter "Mata Jiwa Tak Berbatas", Danu Sukendro, Rabu tidak menyangka jika film yang dibuatnya mampu menjadi juara umum dalam festival tersebut.
"Alhamdulillah, semoga keberhasilan ini bisa memicu gairah 'filmaker' di Kediri untuk semakin giat berkarya," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya di Kediri ada banyak potensi dari para "filmaker" untuk memproduksi film dokumenter. Selain itu, banyak juga objek yang bisa dikerjakan, dengan berbagai sudut pandang.
Ia menyebut, pembuatan film ini baru dikerjakan satu pekan sebelum batas akhir penyerahan film pada 22 Oktober 2013, karena kesibukan reguler masing-masing kru.
Danu mengaku, membuat film ini dengan dua orang rekannya, Fedho Pradistya dan Fajar Adhit, mengerjakan selama empat hari. Ia dengan tim mampu menyelesaikannya, dengan tepat waktu sebelum batas akhir pengiriman.
Danu menyebut, film dokumenter berdurasi 15 menit ini mengisahkan Slamet Pamuji, seorang tuna netra asal Lingkungan Tamanan, Kelurahan/Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Ia adalah seorang guru musik di SLB Darma Putra Dhaha, Desa Turus, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Selain mengarang lagu sendiri, Slamet juga sering menerima undangan untuk bernyanyi bersama istrinya, Kristina. Bahkan, ia juga bisa mengarang lagu sendiri, di antaranya karyanya dengan judul "Mengapa Kau Tega" dan "Hanya Dirimu". Lagu karannya itu juga sering diputar di sejumlah radio swasta dan mendapatkan apresiasi dari pendengar setia.
Adapun untuk juri, Danu menyebut dari Universitas Islam Indonesia, UCPWFH, filmpelajar.com, dan Joglo.tv. Juri memilih sejumlah film yang dinilai kisah yang disampaikan bisa menjadi inspirasi dan memiliki nilai "human interest".
Danu juga menegaskan, sengaja menggarap film ini. Ia ingin masyarakat bisa meningkatkan kepedulian terhadap penyandang difabel. (*)