PTPN X Optimalkan Ampas Tebu untuk Bioetanol
Kamis, 10 Oktober 2013 17:49 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - PT Perkebunan Nusantara X (Persero) mengoptimalkan potensi limbah padat ampas tebu atau "bagasse" sebagai sumber bahan bakar alternatif sekaligus pengembangan energi terbarukan untuk memproduksi bioetanol.
Direktur Utama PTPN X Subiyono kepada wartawan di Surabaya, Kamis menjelaskan proses pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan sejumlah produk samping, seperti ampas dan tetes, yang berpotensi menambah keuntungan bagi perusahaan.
"Potensi ampas tebu yang begitu besar bisa digunakan untuk subsitusi bahan bakar minyak di pabrik gula sekaligus untuk mengembangkan energi terbarukan berupa bioetanol," kata Subiyono.
Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu mengatakan sekitar 30 persen bagian tebu dalam proses produksi gula akan menjadi ampas.
Dengan rata-rata sekitar enam juta ton tebu yang digiling di 11 pabrik gula milik PTPN X setiap tahunnya, maka setidaknya tersedia 1,8 juta ton ampas tebu.
"Dengan asumsi sekitar 1,3 juta-1,5 juta ton ampas tebu digunakan sendiri untuk operasional pabrik gula, berarti masih ada 300.000-500.000 ton ampas yang dapat dikonversi menjadi bioetanol. Satu unit pabrik bioetanol generasi ketiga ini membutuhkan bahan baku ampas tebu minimal 500 ton per hari," ujarnya.
Selama ini, kata dia, pabrik gula di lingkungan PTPN X telah mengoptimalkan ampas tebu sebagai pengganti bahan bakar minyak untuk proses produksi gula.
Penggunaan ampas tersebut berdampak positif terhadap peningkatan efisiensi perusahaan untuk pengeluaran biaya BBM, dari sebelumnya mencapai Rp130 miliar pada 2007, menjadi hanya Rp4 miliar pada 2012. Bahkan, PTPN X menargetkan "zero" BBM untuk proses produksi di pabrik gula.
Menurut Subiyono, pengembangan bioetanol berbasis ampas tebu potensinya sangat tinggi dan lebih murah dibandingkan menggunakan tetes tebu (molasses).
"Untuk satu liter bioetanol, dibutuhkan 5 kilogram ampas tebu atau kira-kira harganya Rp1.000. Sedangkan kalau menggunakan tetes tebu membutuhkan empat kilogram tetes yang jika dirupiahkan harganya sekitar Rp4.000. Jadi pengembangan bioetanol menggunakan ampas menjanjikan keuntungan lebih besar," ujarnya.
PTPN X sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu yang terletak di kompleks Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, Jatim. Perseroan juga telah membentuk tim khusus untuk mengkaji pengembangan bioetanol dari ampas tebu, termasuk mengkaji pendirian pabriknya.
Subiyono menambahkan Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi energi alternatif yang ramah lingkungan berupa bioetanol dari limbah pertanian atau biomass, termasuk limbah padat ampas tebu dari industri gula.
Bahkan, di lingkungan PTPN X, optimalisasi penggunaan ampas tebu menjadi salah satu indikator penilaian kinerja pabrik gula.
"Jika pabrik gula tidak bisa menghasilkan ampas tebu dan memaksimalkan potensi limbah tersebut, kinerjanya patut dipertanyakan dan akan menjadi bahan evaluasi," tambah Subiyono. (*)