Surabaya (Antara Jatim) - Populasi sapi dan kerbau di Jawa Timur pada tahun 2013 turun 24,22 persen menjadi 3,831 juta ekor dibandingkan pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim pada tahun 2011 di mana jumlahnya masih sekitar 5,056 juta ekor. "Dari data tersebut, kami tidak setuju jika kondisi ini menjadi alasan guna menilai Jatim gagal," kata Kepala BPS Jatim, M Sairi Hasbullah, di Surabaya, Senin. Apalagi, kata dia, penyebab semakin berkurangnya jumlah populasi sapi dan kerbau di provinsi ini justru dipengaruhi banyaknya daerah yang mengambil sapi di Jatim karena prestasinya selama ini sebagai sentra sapi nasional. "Segala sesuatu yang terjadi di Jatim khususnya tampak dari populasi sapi maka dampaknya dikhawatirkan sangat berpengaruh terhadap pasar nasional. Situasi ini peringatan bagi Jatim menyusul beberapa bulan mendatang memasuki Idul Adha 1434 Hijriah," ujarnya. Di sisi lain, data sensus pertanian tersebut dapat menjadi bahan tersendiri baik bagi pemerintah pusat maupun Provinsi Jatim. Salah satunya untuk segera mengambil langkah positif agar populasi sapi dan kerbau di wilayah Jatim tidak semakin berkurang. "Meski angka penurunan sapi di Jatim ini lebih tinggi dari nasional yang hanya turun 15,30 persen, masyarakat Jatim perlu bangga. Penyebabnya, provinsi ini selalu mendominasi permintaan sapi secara nasional," katanya. Ia menambahkan, pada tahun 2011 populasi sapi dan kerbau Jatim yang mencapai 5,086 juta ekor. Jumlah tersebut mampu memberikan kontribusi hingga sepertiga dari total kebutuhan nasional yang mencapai 16,73 juta ekor. "Melalui besaran itu, semua daerah mempunyai ketergantungan besar terhadap populasi sapi dan kerbau dari Jatim," tegasnya. Sementara itu, penurunan populasi sapi dan kerbau di provinsi ini tampak hampir di seluruh kabupaten/kota di Jatim termasuk lima kabupaten yang menjadi sentra sapi dan kerbau. Contoh, populasi sapi dan kerbau di Sumenep turun 7,86 persen dari 362.227 ekor pada tahun 2011 menjadi 333.770 ekor pada tahun 2013. Tuban mengalami penurunan hampir 20 persen, dari 315.741 ekor menjadi 253.135 ekor. Kota lainnya, Malang turun 24,4 persen, dari 317.747 ekor menjadi 240.117 ekor. Sementara Probolinggo turun 22 persen menjadi 230.762 ekor dan Jember turun 37,34 persen menjadi 203.878 ekor. Ia menyatakan, kian turunnya populasi sapi dan kerbau di Jatim juga disebabkan banyaknya peternak yang memilih menjual sapi miliknya. Apalagi, saat ini harga daging sapi memang tinggi. "Akibatnya masyarakat tergiur untuk menjual sapi ternak. Kini juga banyak peternak yang memotong hewan ternaknya untuk memenuhi kebutuhan sendiri terutama mereka yang memiliki hajatan," katanya.(*)
Berita Terkait
Pemkab Magetan rutin vaksinasi ternak besar guna cegah penularan PMK
15 November 2025 20:22
Kemenhut: Populasi badak jawa dan sumatera tersisa sekitar 100 ekor
22 September 2025 13:34
Riset 13 tahun ungkap kondisi populasi hiu paus di Papua
28 Agustus 2025 12:32
Tulungagung miliki populasi ternak babi terbesar di Jatim
9 Agustus 2025 10:44
Pemerintah intensifkan upaya konservasi gajah di lahan hibah Presiden
7 Agustus 2025 13:33
Lestarikan lingkungan, Disnakkan Magetan tabur 4.000 ekor bibit ikan tawar
17 Juli 2025 20:33
Populasi sapi perah Jatim mulai pulih pasca wabah PMK
17 Juli 2025 06:29
Target penambahan populasi sapi
9 Mei 2025 14:35
