Kelapa Sawit Tertua di Kebun Raya Bogor
Jumat, 5 April 2013 9:01 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Kini Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sebesar 30 juta ton per tahun, di mana tahun 2020 ditarget meningkat menjadi 40 juta ton per tahun.
Tapi tahukah bahwa tumbuhan penghasil devisa bagi Indonesia tersebut berasal? Ya memang bukan tumbuhan asli Nusantara, tapi asalnya dari Afrika. Dan kalau mau tahu sejarahnya datang saja ke Kebun Raya Bogor (KRB).
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an.
Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad XIX. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.
Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan Sistem PIR perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi, sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Tidak hanya kelapa sawit, koleksi hutan kota di kota hujan, Bogor yang seluruhnya seluas 87 hektare ditumbuhi sekitar 15 ribu jenis koleksi pohon dan tumbuhan menjadi lokasi menarik wisata edukasi bagi berbagai kalangan, utamanya wisata keluarga.
Di KRB terdapat pusat-pusat keilmuan seperti herbarium bogoriense, museum zoologi, pustaka, kebun anggrek. Bahkan kala waktu tertentu bunga terbesar di dunia yang tingginya mencapai 2 m tumbuh dan mekar yaitu Bunga Bangkai (Amorphophalus Titanum) bisa disaksikan dari jarak dekat. Disela menikmati koleksi yang ada di udara berkeliaran kelelawar (pemakan buah) berukuran besar.
Hutan kota yang berada di tengah Kota Bogor ini menjadi lintasan aliran Kali Ciliwung yang tatkala musim hujan alirannya sangat deras yang membuat Ibu Kota Jakarta banjir. "Hati-hati Pak, Bu jangan terlalu minggir, ini alirannya lagi deras, satu atau dua jam lagi Jakarta banjir," ucap salah seorang karyawan KRB memperingati pengunjung yang saat itu berada di tepi Kali Ciliwung.
Karyawan tersebut juga memperingatkan pengunjung, sambil berkelakar "pohon-pohon sangat besar yang usianya seratusan tahun lebih ini dilihat dan dinikmati pagi sampai sore hari saja, kalau malam ngak boleh didatangi" ujarnya. "lho kok malam nggak boleh Pak?" tanya pengunjung."Iya, soalnya kalau malam kan gelap, lagian sore (17.00 WIB) kebun raya sudah tutup," katanya sambil tersenyum.
Pengunjung juga bisa menikmati beragam tumbuhan endemis (asli) Indonesia yang berada di beberapa rumah kaca, khususnya yang indah dan menarik kebun anggrek, mulai jenis vanda, dendrobium maupun bulan yang tertatap apik di rumah kaca dengan paduan air terjun/kolam buatan.
Namun, untuk rumah kaca yang mengkoleksi anggrek alam (endemis) Indonesia, pengunjung harus didampingi oleh karyawan setempat, tidak boleh nyelonong semaunya. Jaga kelestarian dan keindahannya, soalnya anggrek alam sensintif dan langka.
Museum Zoologi juga sayang kalau tidak dikunjungi, pasalnya di museum ini terdapat koleksi binatang (diawetkan) yang ada di Tanah Air. Bahkan ada juga koleksi kerangka satwa terbesar di dunia yaitu Paus Biru.
Pengunjung juga bisa menikmati Istana Bogor yang halamannya menjadi "habitat" rusa yang hanya dibatasi kolam ditumbuhi beragam bunga terai dengan Kebun Raya.
Sejak akhir tahun 2012, tarif masuk KRB menjadi Rp14 ribu per orang, untuk wisatawan asing Rp25 ribu, kendaraan roda empat Rp30 ribu, sedangkan roda dua (hanya parkir) Rp5.000, dan sepeda pancal (bisa keliling Rp5.000.
Untuk bisa menikmati seharian hutan kota yang ada sejak zaman Prabu Siliwangi pada abad XV ini (prasasti Batutulis), disarankan di luar hari libur, karena kendaraan bisa digunakan untuk berkeliling, pada hari libur hanya boleh parkir, pengunjung harus berjalan di kawasan seluas 87 ha.(*)